Ahli bedah transplantasi telah menggunakan teknologi perintis yang membuat donor jantung memompa di luar tubuh.
Liputan6.com, London Selama ini organ dalam tubuh, seperti jantung yang akan didonorkan, diletakkan di sebuah tempat yang sejuk atau kotak berisikan es untuk mencegah agar kondisi organ tidak memburuk selama perjalanan ke rumah sakit. Namun kini, ahli bedah transplantasi telah menggunakan teknologi perintis yang membuat donor jantung memompa di luar tubuh.
Dijuluki `jantung dalam kotak`, perangkat ini akan menjaga organ tetap hidup, sampai organ itu ditempatkan di tubuh si penerima. Perangkat ini tidak hanya memperpanjang berapa lama jantung yang akan didonorkan dapat disimpan di luar tubuh, tapi juga memungkinkan para spesialis menilai apakah organ itu cocok untuk ditransplantasi atau tidak.
Selama setahun terakhir, ahli bedah di Rumah Sakit Harefield, Middlesex, telah melakukan operasi transplantasi jantung di mana 25 pasien menerima organ yang telah diangkut dan siap untuk ditransplantasi menggunakan terobosan Organ Care System (OCS). Alat ini menyimulasikan kondisi tubuh manusia, memompa darah beroksigen dalam jantung, sehingga dapat terus berfungsi karena akan berada di dalam tubuh orang yang masih hidup.
Teknologi ini pun mampu meningkatkan pertahanan organ selama berada di luar tubuh, setidaknya delapan jam lebih lama dibandingkan ketika organ diletakan di sebuah tempat berisikan es, yang hanya mampu bertahan selama tiga sampai empat jam.
Karena ini melibatkan operasi lebih lanjut, akan lebih banyak waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan waktu yang pas agar pasien siap untuk ditransplantasi.
Dilansir Daily Mail, Senin (4/8/2014), Konsultan Bedah dan Direktur Transplantasi di Royal Brompton dan Harefield, Andre Simon, mengatakan, teknologi OCS telah menjadi standar terbaik ntuk pengambilan organ dalam tubuh. Ini berarti, para tenaga medis dapat mengobati lebih banyak pasien, dari tahun-tahun sebelumnya.
(Gabriel Abdi Susanto)