Kentucky, Saat berlatih kompetisi motorcross nasional tahun 2008, Kent Stephenson mengalami cedera parah hingga ia mengalami kelumpuhan dari bagian dada hingga ke bawah dan tak bisa berjalan. Tak hanya itu, organ seksual Kent pun tak bisa berfungsi lagi.
Selama tiga tahun Kent tidak bisa melakukan hubungan seks. Tapi siapa sangka, suatu malam ia tiba-tiba bisa ereksi ketika sedang bermesraan dengan pasangannya. Bukan viagra yang membuat ia seperti itu, tetapi implan stimulator listrik yang ditanam di tulangnya sebagai bagian dari studi tentang kelumpuhan dari University of Louisville.
"Aku tahu tidak bisa berjalan memang menimbulkan masalah besar bagi kami. Apalagi kami harus memakai kursi roda setiap hari. Tapi tidak bisa melakukan fungsi seksual juga masalah yang tak kalah besar," tutur Kent seperti dikutip dari CNN, Minggu (3/8/2014).
Kent mengaku fungsi kakinya bisa saja digantikan oleh kursi roda meski ia harus sedikit berusaha ketika melakukan kegiatan sehari-hari. Tetapi, masalah di ranjang dan juga saluran reproduksi serta kandung kemih memegang peranan yang cukup penting.
Seperti penuturan Kent, ia dan beberapa pasien yang mengalami kelumpuhan serupa terkadang kurang bisa mengontrol saat mereka akan buang air kecil atau besar. Oleh karena itulah stimulator ini tidak semata-mata hanya untuk memperbaiki fungsi seksual saja.
Menanggapi hal ini, Kim Anderson-Erisman, direktur pendidikan Miami Project menunjukkan survei yang pernah ia lakukan terhadap 300 orang lumpuh bahwa prioritas utama mereka adalah ingin memperbaiki masalah seksualnya. Memperbaiki kontrol kandung kemih berada di prioritas kedua dan ingin berjalan lagi menjadi prioritas kelima.
Senada dengan Kent, Andrew Meas yang turut andil dalam percobaan stimulator ini merasa terbantu untuk menyelesaikan masalah disfungsi seksualnya. Meskipun bisa kembali berjalan merupakan tujuan yang lebih penting tapi setidaknya bisa melakukan fungsi seksual membuatnya lebih optimistis.
(rdn/up)