Jakarta, Diperkirakan 1.200 orang pertahun tertular virus hepatitis E dari donor darah di Inggris. Sebagian besar tidak menyadari gejalanya meski infeksi tersebut bisa merusak hati dan bahkan mematikan.
Penelitian yang dimuat di jurnal Lancet baru-baru ini juga mengungkap, 3.000 kantong darah yang didonasikan terkontaminasi HEV (Hepatitis E Virus). Temuan ini terungkap saat para peneliti menganalisis 225.000 donasi darah di bagian tenggara Inggris.
Hepatisis E, menurut para peneliti cenderung tidak terlalu membahayakan namun bisa menjadi masalah khususnya bagi ibu hamil.
"Infeksi menyebar pada populasi Inggris melalui donor darah. Meski jarang menyebabkan penyakit akut, infeksi hepatitis E bisa menjadi menetap pada pasien dengan gangguan imun, sehingga berisiko mengalami penyakit hati kronis di kemudian hari, dan diperlukan kebijakan untuk mengidentifikasi pasien yang dengan infeksi menetap dan memberi mereka perawatan antiviral yang tepat," papar Prof Richard Tedder dari Public Health England.
"Meski demikian, penelitian kami menunjukkan bahwa bahaya secara keseluruhan dari penularan HEV melalui transfusi darah hanya sedikit," lanjutnya, dikutip dari BBC, Senin (28/7/2014).
Sementara itu, Prof Jean-Michel Pawlotsky dari Universite Paris-Est di Prancis menilai bahwa temuan ini mengejutkan. Menurutnya, infeksi hepatitis E tidak boleh diabaikan karena ada risiko komplikasi serius dan bahkan kematian.
"Saya percaya bahwa skrining komponen darah secara sistematis terhadap penanda infeksi hepatitis E harus diterapkan," katanya.
Lorna Williamson, direktur National Health Service Blood and Transplant (NHS-BT) menanggapi positif temuan ini. Pihaknya memastikan mayoritas pasien yang di-follow up sudah bebas dari infeksi dan sisanya masih terus di-follow up.
"Sekarang kami menunggu Advisory Committee on the Safety of Blood, Tissues and Organs (SaBTO), yang memberikan masukan kepara kementerian dan departemen kesehatan untuk mengkaji temuan tersebut," kata Lorna.
(up/up)