West Yorkshire, Inggris, Sungguh malang nasib Keely Devine. Di usianya yang masih tergolong muda, yakni 23 tahun, ia harus meninggal akibat penyakit kanker serviks. Saat masih berobat, dokter tak yakin akan diagnosis tersebut hanya karena usianya yang masih muda.
Awalnya, di usia 20 tahun Devine mengeluh nyeri dan pendarahan berat setelah melahirkan putranya, Jayden. Namun dokternya tak yakin dan menolak melakukan papsmear. Ini karena usia Devine yang saat itu dianggapnya masih terlalu muda untuk melakukan papsmear. Devine menemui dokternya tersebut sebanyak 6 kali, namun tetap saja permintaan tersebut ditolak.
Petugas medis lain bahkan mengatakan bahwa Devine hanya mengalami infeksi dan diberi antibiotik. Pada akhirnya ketika ia kemudian didiagnosis oleh kanker serviks, hal tersebut sudah terlambat. Ia memiliki tumor berukuran 5 cm x 6 cm x 3 cm yang menutupi leher rahimnya. Saat didiagnosis kanker tersebut diketahui juga telah menyebar ke pinggulnya.
Tiga tahun sejak melaporkan keluhan pertamanya dan ditolak melakukan papsmear, tepatnya sejak tahun 2010, Devine meninggal. Ia meninggal setelah mendapatkan perawatan di St James's Hospital, Leeds, West Yorkshire. Dalam masa perawatan itu pula, Devine kerap mengalami beberapa kali nyeri hebat, muntah dan penurunan berat badan.
Kisah Devine yang sempat diposting di www.jtvcancersupport.com ini menjadi pembelajaran bagi pasien maupun dokter untuk saling mengingkatkan akan pentingnya tak menunda papsmear. Tindakan ini dapat dilakukan bagi wanita berusia di bawah 25 tahun, yang penting sudah aktif secara seksual.
"Konsensus dunia meminta semua perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seks, mulai umur 21 hingga 65 tahun, untuk melakukan papsmear setiap 3 tahun sekali," jelas dokter kandungan dari RS Dr Soetomo Surabaya, dr Hari Nugroho, SpOG, kepada detikHealth, seperti ditulis Senin (21/7/2014).
Pendapat senada juga disampaikan oleh dr Ari Kusuma J, SpOG, dari RS Bhakti Yudha Depok. Disampaikan olehnya, papsmear bahkan perlu dilakukan lebih sering apabila seorang perempuan memiliki faktor risiko.
Beberapa di antaranya yakni merokok; mengidap HIV (Human Imunodeficiency Virus) atau kondisi lain yang membuat tubuh sulit menangkal penyakit; menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari 5 tahun; melahirkan lebih dari 3 kali; dan punya lebih dari 1 pasangan seksual.
"Untuk perempuan yg memiliki faktor risiko perlu melakukan papsmear setiap 6 bulan sekali," pesan dr Ari.
(
ajg/up)