MEMBENTUK dokter yang berkualitas tidak mudah, terlebih di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada era JKN diharapkan penyediaan pelayanan kesehatan primer dilakukan oleh dokter layanan primer (DLP) pada 2019, bukan lagi dokter umum.
Pada dasarnya, dokter layanan primer nantinya setingkat dengan spesialis. Namun, berkaitan dengan hal tersebut, menurut Prof.dr.Hasbullah Thabrany, MPH, Dr.PH, kuantitas dari dokter spesialis itu sendiri juga penting.
"Kuantitas dokter spesialias perlu segara ditambah atau kalau bisa kita impor, kenapa menjadi masalah? Terpenting adalah masyarakat terpenuhi kebutuhan pelayanan kesehatannya," ungkap Prof Hasbullah pada "Diskusi Panel dalam Rangka Peringatan Dies Natalis ke-64 Universitas Indonesia" di Aula FKUI, Salemba, Jakarta Pusat, Rabu (5/3/2014).
Menurutnya, hal itu bukanlah masalah karena negara Malaysia pun sudah sejak lama mengimpor dokter-dokter dari Indonesia. Menurut pandangannya, mengimpor dokter dari luar negeri tidak menjadi masalah asalkan bayarannya sesuai.
"Saya pikir itu (impor dokter) bisa menjadi rencana jangka pendek," ucapnya.
Di samping itu, Prof. Hasbullah mengatakan bahwa produksi dokter, yaitu umum dan spesialis harus seimbang. Hal ini karena menurutnya, terlalu banyak dokter akan membebani sistem, sehingga menjadi tidak efisien. Rasio terbaik dokter spesialis dan peserta adalah 1: 10.000 – 25.000 variasi jenis spesialis-prevalensi penyakit. (tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
