Jakarta, Salah satu hambatan pemerintah dalam mengatasi masalah penyakit tuberkulosis (TB) di Indonesia adalah keberadaan obat yang cepat resisten di tubuh pengidap penyakit ini, yang akhirnya sering kali menghambat penyembuhan pengidap TB.
Hal ini disampaikan langsung oleh Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE selaku Direktur Jenderal PP dan PL Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Menurut Prof Tjandra, faktor resistensi obat ini merupakan salah satu hambatan besar bagi pemerintah dalam pencapaian program dalam mengatasi TB di Indonesia.
"Hambatan pencapaian program pemerintah dalam mengatasi TB ini kan ada 4, di mana salah satunya adalah keberadaan obat yang cepat resisten di tubuh pasien," tutur Prof. Tjandra saat ditemui pada acara Simposium Nasional World TB Day 2014 'Temukan & Sembuhkan Pasien TB' yang diselenggarakan di Menara 165, Jl. TB Simatupang 1, Jakarta Selatan, Sabtu (29/3/2014).
Hal ini dibenarkan oleh Dr dr Zulkifli Amin, SpPD, K-P, FINASIM, FCCP, dokter spesialis penyakit dalam di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM).
"Ada beberapa hal yang menyebabkan mengapa obat TB cepat resisten di tubuh pasien. Salah satunya adalah kondisi tubuh pasien tersebut," ujar Dr. Zulkifli.
Dr. Zulkifli mengungkapkan bahwa kondisi tubuh pasien yang mempengaruhi tubuh menjadi kebal terhadap obat juga bermacam-macam. Namun salah satu yang paling harus diperhatikan adalah gizi di dalam tubuh pasien yang kurang terpenuhi.
"Gizi yang tidak baik di dalam tubuh akan membuat tubuh pasien tidak merespons dengan sempurna penyerapan obat tersebut," ungkap dokter yang juga melakukan praktik di RS Haji Jakarta.Next
(
mer/mer)