OLAHRAGA lari memang sudah dikenal memberi banyak manfaat kesehatan pada pelakunya. Asalkan, jika olahraga lari tidak dilakukan berlebihan
dr Hario Tilarso, spesialis kesehatan olahraga dari RS Premier Bintaro menjelaskan, memaksa tubuh untuk meraup keuntungan dari berlari ialah pandangan yang keliru.
"Kalau kita dari pagi ke malam sudah bekerja, terus ngotot berolahraga lari biar sehat, itu malah bisa membahayakan tubuhnya. Efeknya apa saja? Bisa pingsan karena kehabisan tenaga, bisa juga serangan jantung akibat jantung 'kaget' mendadak diforsir," katanya pada media gathering NUTRILITE 80 Tahun di Jakarta, baru-baru ini.
Lebih lanjut, dr Hario mencontohkan bahwa atlet lari juga sudah terukur untuk melakukan olahraga tersebut. Misalnya saja, dari segi frekuensi latihan. (Baca: Teh Manis Tak Baik Dikonsumsi saat Sahur)
"Intinya semua olahraga, sekalipun atlet, ada 'dosis' latihannya sendiri. Pembimbingnya masih sudah mengukur ketahanan tubuh si atlet, bukan asal. Yang ada badan bisa jebol (jatuh sakit-red). Dan, ini juga berlaku bagi mereka yang belum terbiasa berlari, tapi berlebihan saat berlari," tegasnya. . (Baca: Manfaat Sehat Seks Secara Fisik & Emosional)
Lantas apa patokan olahraga lari sudah berlebihan? Menurutnya, semua orang punya batasan daya tahan tubuh sendiri. Sebagai gambaran, di lengannya para atlet suka menempelkan pencatat denyut nadi. Mereka sebelumnya sudah dikasih tahu pelatihnya tentang batasan kekuatan yang bisa dilakukan. (Baca: Cara Mencegah Mr P Berbau Tak Sedap)
"Anggaplah 140, ketika mereka berlari denyutnya sudah 140, berarti intensitas larinya harus diturunkan. Kalau saat dicek masih 130, berarti masih 'aman', dan masih boleh lanjut lari," tutupnya.
(fik)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.