Jakarta, Data terbaru menunjukkan, hampir 30 persen penduduk dunia mengalami obesitas atau kegemukan. Sementara itu di dunia maya, kecenderungan pamer makanan enak lebih populer dibandingkan pamer gaya hidup sehat seperti olahraga.
Sebut saja di instagram, sebuah jejaring tempat berbagi foto. Penelusuran detikHealth pada Rabu (4/6/2014) menunjukkan, hashtag atau tanda pagar #food menempati peringkat ke-25 dalam daftar TOP 100 TAGS. Posisi ini berada jauh di atas hashtag #fitness yang berada di urutan ke-87.
Di antara sesama hashtag yang berhubungan dengan makanan pun, tampak adanya kecenderungan yang tidak sehat. Hashtag makanan berkalori tinggi cenderung lebih populer dibandingkan hashtag tentang makanan berserat yang lebih sehat.
Sebut saja hashtag #foodgasm, disebut dalam 6,1 juta posting. Hashtag #cake disebut dalam 20,5 juta posting, sedangkan hasthtag #chocolate disebut dalam 19,1 juta posting. Bandingkan dengan hashtag tentang makanan sehat, semisal #salad yang hanya disebut dalam 5,5 juta posting.
Di instagram maupun jejaring sosial yang lain, hashtag (tagar atau tanda pagar dalam Bahasa Indonesia) merupakan penanda sebuah topik yang banyak dibicarakan. Makin banyak disebut, hastag tersebut akan semakin berpeluang untuk tercatat sebagai topik terpopuler.
Mungkinkah popularitas hashtag-hashtag tentang makanan enak ini berhubungan dengan epidemi obesitas yang tengah menjadi ancaman global? Pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor, Prof Ir Hardinsyah menyampaikan pendapatnya saat dihubungi detikHealth.
"Belum tentu jadi faktor. Tidak semua makanan yang diunggah di socmed (social media) itu yang lemak dan karbohidratnya tinggi. Banyak juga akun yang mengunggah makanan-makanan sehat dan sayuran," kata Prof Hardin.
Faktanya, obesitas telah menjadi ancaman global. Indonesia berada dalam daftar 10 besar negara-negara dengan kasus obesitas tertinggi di dunia. Penelitian terbaru di Jurnal Lancet menyebut, 50 persen orang gemuk dari seluruh dunia ada di 10 negara tersebut.
(up/up)