Jakarta, Baru-baru ini WHO mengumumkan bahwasanya penyebaran virus Ebola di sejumlah negara di Afrika sudah kritis sehingga perlu penanganan drastis. Buktikan keseriusan memberantas Ebola, Sierra Leone pun mengeluarkan kebijakan yang cukup ekstrem.
Isi dari kebijakan ini adalah barangsiapa melindungi atau menyembunyikan seseorang yang terinfeksi Ebola, maka ia dianggap melakukan tindakan kriminal dan bisa dipenjara.
Apalagi sebelumnya Kemenkes Sierra Leone mengumumkan ada beberapa pasien Ebola yang berhasil kabur ketika dirawat di sebuah rumah sakit di distrik Kenema, kota di mana wabah Ebola mulai merebak di negara miskin tersebut.
WHO mengumukan ada lebih dari 600 kasus Ebola di tiga negara utama yang terkena wabah Ebola, yakni Guinea, Sierra Leone dan Liberia. Bahkan 60 persen di antaranya meninggal dunia. Di Sierra Leone sendiri, dari total 176 pasien yang terinfeksi, 46 orang dinyatakan meninggal.
Meskipun WHO telah mengirim 150-an pakar ke Afrika untuk membantu menghentikan laju penyebaran virus mematikan ini, nyatanya di lapangan muncul banyak kendala.
Salah satunya dikemukakan oleh Dr Shek Moar Khan. Ia ditempatkan untuk menangani pasien-pasien Ebola di rumah sakit milik pemerintah di Kenema. Dr Khan mengaku timnya mendapatkan perlawanan dari penduduk setempat ketika mencoba memberikan informasi tentang apa itu Ebola.
"Tim kami berupaya menjelaskan bahwa Ebola itu bukan misteri. Penyakit ini bisa dicegah dan ditangani, tapi hanya bila mereka mendengarkan saran dari kami, dengan begitu kita akan memutus rantai penyebarannya," tuturnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (29/6/2014).
Namun tampaknya masyarakat Sierra Leone masih belum bisa menerima hal ini, sehingga pemerintah terpaksa mengeluarkan kebijakan ekstrim tersebut.
Padahal seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, salah satu yayasan kesehatan yang membantu penanganan Ebola di Afrika asal Prancis, Medecins Sans Frontières (MSF) mengungkap masyarakat Sierra Leone dan dua negara lain kurang memahami bagaimana mekanisme penularan dari Ebola sehingga kasus-kasus baru justru bermunculan. Salah satunya berkaitan dengan pemakaman jenazah.
"Masih banyak yang masyarakat yang melayat, menyiapkan dan menguburkan jenazah korban Ebola tanpa pengamanan yang cukup membuat mereka rentan tertular," tulis MSF dalam keterangan persnya. Padahal Ebola dapat menular dengan cukup mudah. Bersentuhan hingga terkena keringat orang positif Ebola dapat membuat seseorang tertular dan mengalami demam tak sampai 24 jam setelahnya.
(lil/up)