Jakarta, Dengan menghindari konsumsi gula terlalu banyak, penyandang diabetes diharapkan bisa mengontrol gula darahnya. Tapi tak ada salahnya jika diabetesi memasukkan minyak canola dalam menu sehari-harinya lho.
Ya, akhir-akhir ini sebuah studi mengungkapkan penyandang diabetes tipe 2 yang menjalankan diet rendah indeks glikemik dan konsumsi minyak canola memiliki kadar gula yang lebih rendah. Risiko mereka terkena penyakit jantung pun lebih rendah.
"Canola oil kaya akan alpha-linolenic acid, sejenis asam lemak omega-3 yang ditemukan dalam kenari. Serta asam lemak tak jenuh tunggal yang juga ada di alpukat dan minyak zaitun," tutur penulis utama studi dr David Jenkins dari University of Toronto, seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/6/2014).
Dijelaskan dr Jenkins, makanan dengan indek glikemik tinggi seperti roti dan kentang membiat kadar gula darah meningkat drastis. Sebaliknya makana dengan indeks glikemik rendah seperti kedelai, yogurt, dan biji-bijian tinggi serat membuat kadar gula darah dalam tubuh meningkat secara bertahap.
Dalam studi ini, peneliti merekrut 141 diabetesi yang semuanya minum obat penurun kadar gula darah. Semua peserta tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan tidak memiliki komplikasi seperti penyakit jantung, liver, atau kanker. Mereka kemudian dibagi menjadi dua kelompok secara acak.
Kelompok pertama diminta melengkapi menu harian dengan 4,5 potong roti gandum ditambah minyak canola dan makanan rendah glikemik. Sedangkan kelompok lain diminta mengonsumsi 7,5 potong roti gandum tanpa minyak kanola dan menghindari produk tepung-tepungan.
Tiga bulan kemudian, kadar gula para peserta memang turun tetapi pada kelompok yang mengonsumsi canola oil, penurunan kadar gula darah 1,5 kali lebih besar. Selain itu, setelah diuji ditemukan risiko mereka terkena penyakit jantung pun lebih rendah.
"Ini adalah temuan penting yang mendukung penelitian sebelumnya bahwa diet berefek pada penyakit kardiovaskuler. Khusus penyandang diabetes, mengelola kadar gula darah bisa dibantu dengan konsumsi canola oil dan pastinya dengan menghindari makanan tinggi indeks glikemik," kata dr Hertzel Gerstein, ahli endokrinologi di McCaster University, Ontario, Kanada.
(rdn/up)