Pages

Minggu, 16 Maret 2014

health.detik
Detik.com sindikasi 
Don't wait in line!

Buy your movie tickets online. Find reviews, trailers, and more at Fandango.
From our sponsors
Masih Minim Sosialiasi ke Pasien, Cuci Darah Lebih Populer Dibandingkan CAPD
Mar 16th 2014, 08:31

Jakarta, Selama ini pasien gagal ginjal lebih sering melakukan hemodialisis atau cuci darah untuk mengobati penyakitnya. Padahal selain cara itu, ada cara lain yang dapat dilakukan untuk merawat pasien gagal ginjal, yaitu dengan Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).

CAPD merupakan metode di mana sebuah kateter dipasang di dalam perut, khususnya ke dalam rongga peritoneum. Pemasangan ini dilakukan melalui tindakan operasi. Setelah kateter tersebut terpasang, digunakan cairan dialisat untuk membilas rongga peritoneum tempat kateter berada. Kateter tersebut serfungsi sebagai sarana cuci darah yang berlangsung sepanjang hari, seperti dikutip dari Mayo Clinic.

Kurangnya sosialiasi CAPD kepada pasien gagal ginjal dianggap dr Tunggul D. Situmorang, SpPD-KGH, menjadi salah satu penyebabnya. Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan ginjal di RS Siloam Jakarta ini menyebutkan bahwa pasien gagal ginjal di Indonesia lebih sering melakukan hemodialisis dibandingkan CAPD.

"Di Indonesia, pasien gagal ginjal itu paling banyak melakukan hemodialisis (dibandingkan CAPD -red-)," ujar dr Tunggul, ditemui dalam acara 'Chronic Kidney Disease & Aging', yang diadakan di Auditorium Bintang Toedjoe, Pulomas, Minggu (16/3/2014), dalam rangka Hari Ginjal Sedunia 2014.

CAPD sendiri dinilai memiliki kelebihan dibanding hemodialisis, baik dari segi manfaat, penggunaan, maupun biaya. Lantas apa yang menyebabkan masyarakat lebih memilih hemodialisis dibandingkan CAPD?

"Salah satunya adalah CAPD belum tersosialisasikan dengan baik. Inilah yang menyebabkan masih rendahnya penanganan melalui CAPD bagi pasien gagal ginjal. Masyarakat belum banyak yang tahu," tutur dokter yang juga merupakan direktur utama RS PGI Cikini tersebut.

"Sosialisasi bisa dilakukan oleh pemerintah, seperti yang dilakukan di Hong Kong. Kalau di Hong Kong itu 90 persen pasien gagal ginjal melakukan CAPD. Kenapa? Karena pemerintahnya menyatakan kalau pasien gagal ginjal tidak melakukan CAPD, pemerintah tidak mau bantu bayar," ungkapnya.

Oleh sebab itu, dr Tunggul menilai sosialisasi yang lebih giat kepada masyarakat mengenai CAPD sangat penting agar bisa lebih banyak dimanfaatkan.

(ajg/ajg)

Ingin Mendapatkan Rp 500,000 dari detikHealth ? Ceritakan Pengalaman Dietmu di Sini

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
153413_ginjal.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions