Dorong anak untuk mampu mengungkapkan emosinya (Foto: sheknows) PUTRI saya (4) sering memukul orang lain di dekatnya jika ia merasa malu. Waktu itu, ia terjatuh, karena posisinya lucu, maka temannya tertawa. Lalu, ia bangkit dan memukul temannya seraya bilang, "nggak boleh ketawa". Atau, ketika ia salah menyebut suatu nama benda, ayahnya refleks tertawa tanpa bermaksud meledek. Seketika itu pula ia memukul Ayahnya. Wajarkah perilaku ini? Bagaimana cara mengajarkannya agar tak sembarangan memukul orang?
Menurut Rosdiana Setyaningrum, M.Psi, MHPEd, psikolog dari Heartsprings Therapy Center, anak usia 4 tahun umumnya sudah cukup banyak mengenal perbendaharaan kosakata, sehingga seharusnya ia sudah bisa mengungkapkan rasa malu/emosinya dengan kata-kata dibanding dengan cara memukul. Hal ini berbeda dengan anak usia 2 tahun, yang memang perbendaharaan kosakatanya masih belum banyak sehingga masih kesulitan dalam berbicara atau meluapkan emosi.
Kosakata Sedikit
Meski begitu, beberapa anak usia 4 tahun masih ada yang perbendaharaan kosakatanya sedikit, sehingga anak tidak bisa (sulit) mengungkapkan rasa malu/emosinya dengan kata-kata. Jadi, pilihan pertamanya adalah dengan memukul.
Penyebab lain anak bersikap demikian adalah ia tidak dilatih untuk mengungkapkan emosinya dengan kata-kata. Anak lebih banyak melihat contoh dari orang di dekatnya atau tontonan film, bahwa mengeluarkan emosi adalah dalam bentuk fisik, seperti memukul.
Jangan Didiamkan!
Agar tindakan anak yang suka memukul ketika merasa malu ini tidak berkelanjutan dan dapat merugikan dirinya dan si korban yang dipukulnya, maka sebaiknya jangan didiamkan atau dibiarkan! Karena, anak akan menganggap bahwa mengungkapkan ekspresi kemarahan atau emosinya tersebut dengan fisik (memukul/menendang) adalah hal yang wajar. Dan terus dilakukan sampai anak dewasa. Anak tidak melihat itu sebagai suatu yang salah, karena ia hanya melihat bahwa itu adalah salah satu cara yang paling efektif untuk mengungkapkan emosinya.
Solusi
Berikut ini cara membantu agar anak tidak sembarangan memukul orang:
- Bantu Anak Belajar Bicara
Bisa dilakukan oleh orangtua, guru, atau orang dewasa di sekitar anak. Beri kesempatan anak untuk banyak bicara dan jangan sesekali memotong kata-katanya saat ia sedang bicara/mengungkapkan emosinya tersebut, dengarkan baik-baik sampai ia selesai bicara. Jangan memotong ucapan anak dengan kata–kata negatif seperti "begitu saja marah", atau pada saat anak bicara jangan memotongnya dengan berkata "yah sudahlah, kamu bicara yang itu-itu terus".
- Bantu Anak Menjelaskan
Ajaklah anak untuk meminta maaf kepada teman atau orang yang tadi dipukulnya dengan cara yang baik. Jelaskan pula kepada orang yang tadi dipukul anak bahwa si kecil memukul bukan karena dia nakal tapi karena tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, bahwa ia belum tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah.
- Latih Anak Ungkapkan Emosinya
Jelaskan situasi dimana orang-orang tertawa bukan karena menertawakan anak. Bantu dan latih ia agar bisa mengungkapkan emosinya, misalnya dengan kata-kata seperti, "kalau kamu nggak suka orang tertawa, bilang saja kamu nggak suka diketawain," atau "kok, aku diketawain sih?" supaya orang yang tertawa bisa menjelaskan bahwa hal itu bukanlah menertawakan dirinya.
- Cegah Untuk Tidak Memukul Lagi
Ketika ia mengangkat kedua tangan untuk mencoba memukul temannya, segera pegang tangannya dan turunkan pelan-pelan. Katakan kepadanya jangan memukul orang sembarangan, dan jelaskan bahwa memukul itu sakit.
- Lakukan Secara Konsisten
Jelaskan bahwa memukul itu bukan tindakan yang benar. Jelaskan ini sampai anak benar- benar mengerti jika memukul itu sakit. Jadi bantulah anak secara konsisten. Jangan kadang dilakukan kadang tidak. (ftr)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.