KELAINAN pembekuan darah yang langka terjadi dikenal juga dengan penyakit hemofilia. Meskipun begitu, penyandang hemofilia mempunyai beberapa risiko perdarahan yang berdampak besar bagi mereka.
Menurut Prof. Dr. dr. Djajadiman Gatot Amelia C, Sp.A (K) dari Divisi Hematology Onkologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, risiko perdarahan pada pasien hemofilia tergantung dari berat atau ringannya insiden.
"Kecelakaan ringan itu seperti kesandung, jatuh, terbentur meja yang bagi orang normal adalah hal biasa, tetapi bagi pasien hemofilia itu bisa menambah risiko perdarahan," jelasnya pada acara "Kongres Nasional Hemofilia 2014" di Hotel Trans Luxuri Hotel, Bandung, Sabtu (22/3/2014).
Sedangkan, kecelakaan besar itu menurut Prof. Djajadiman, misalnya seseorang sedang berkendara, kemudian mengalami kecelakaan sampai terjatuh hingga menyebabkan perdarahan. Selain itu, Prof. Djajadiman mengatakan bahwa risiko perdarahan besar bisa juga terjadi karena perdarahan di kepala, misalnya anak-anak dipukul di kepalanya hingga menimbulkan perdarahan.
Tetapi pada penderita hemofilia yang berat, di mana faktor pembekuan darah kurang dari satu persen sering terjadi perdarahan spontan tanpa melakukan aktivitas berat, misalnya berjalan kaki. Pasien ini juga biasanya mengalami perdarahan berulang, terutama di sendi," jelasnya.
Oleh karena itu, Prof. Djajadiman mengatakan bahwa meskipun perdarahan di kepala jarang terjadi dibandingkan di sendi atau otot, tetapi perdarahan di kepala bisa berdampak besar. "Kami pun beberapa kali menangani pasien seperti itu dan cukup sulit," tuturnya.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.