KOMORBIDITAS atau penyakit penyerta pada epilepsi tidak hanya berupa perkembangan anak yang terlambat, gangguan sikap dan perilaku, tetapi juga gangguan kesehatan mental.
Menurut Neurologi anak RSCM Dr.dr.R.A Setyo Handryastuti, Sp.A (K), anak yang mempunyai gangguan epilepsi berisiko tinggi terhadap problem psikiatri dibandingkan populasi umum, misalnya depresi dan kecemasan.
"Selain itu, lingkungan juga bisa memperburuk dampak psikiatri dari epilepsi karena stigma negatif dari masyarakat dapa memperburuk depresi yang dialami mereka," ujar Dr. Handry pada seminar media bertajuk "Pahami Penyakit Penyerta (Komorbiditas pada Epilepsi Anak!" di Century Park Hotel, Senayan, Jakarta, Rabu (19/3/2014).
Selain itu, Dr. Handry mengatakan bahwa anak dengan epilepsi juga mempunyai problem perilaku internal. Hal ini pada akhirnya bisa menyebabkan anak dengan epilepsi mengalami kecemasan ketika sedang beraktivitas.
"Misalnya, dia menjadi bergantung pada orang lain, cemas bila berpisah, takut keluar kelas, merasa cemas sepanjang hari, dan cemas tentang apa yang dipikirkan orang mengenai dirinya sendiri," tuturnya.
Sementara, psikiatri Dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) menyarankan bila terdapat masalah kesehatan mental pada anak dengan epilepsi, sebaiknya dilakukan berbagai tindakan intervensi. Misalnya dengan melakukan intervensi psikososial, yaitu konseling, psikoedukasi maupun psikoterapi individual, kelompok, dan keluarga.
(tty)