Jakarta, Disebutkan oleh Ketua Yayasan Damandiri, Prof Dr Haryono Suyono, posyandu bisa menjadi salah satu indikator keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam mengontrol jumlah penduduk Indonesia. Bagaimana caranya?
"Posyandu sepi itu gara-gara BKKBN. Kalau dulu waktu belum ada program KB satu keluarga biasanya ada anak 6 orang, jadi berarti seorang ibu bisa 6 kali datang ke posyandu untuk memeriksakan anaknya," ujar Prof Haryono, yang dulu juga pernah menjabat sebagai Kepala BKKBN di era Presiden Alm Soeharto, dalam acara Seminar Evaluasi Operasional BPJS Kesehatan: 'JKN Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat', Jumat (28/3/2014).
Pada acara yang diselenggarakan di Gedung Kemenko Kesra, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta, Prof Haryono menuturkan jika sekarang posyandu terlihat ramai, maka bisa dibilang program KB gagal.
Program KB sendiri menganjurkan agar keluarga cukup memiliki dua anak saja agar menjadi keluarga yang bahagia dan sejahtera. Untuk itu, KB memberikan pendampingan atau penanganan kepada keluarga mulai dari balita, remaja, calon pengantin, hingga lansia.
Tak hanya ditandai dengan penggunaan alat kontrasepsi saja, perlu dilakukan pemberdayaan untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Pemahaman atau konteks yang lebih luas untuk menjadi peserta KB dianggap juga menjadi hal yang penting.
Sebagai sebuah ajakan yang pada saat ini sudah menjadi gerakan masyarakat, program KB tetap mencanangkan norma 'Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera'. Itu artinya keluarga yang sudah menjadi peserta KB dan memiliki dua anak saja, maka diharapkan keluarga tersebut mampu mensejahterakan anggotanya.
(
ajg/vit)