Bandung, Gangguan jiwa skizofrenia identik dengan 'orang gila' yang berkeliaran di jalanan atau orang suka mengamuk hingga akhirnya harus dipasung. Meski gangguannya bisa terjadi sepanjang hayat, orang dengan skizofrenia bisa kembali sembuh asal penderitanya mendapatkan penanganan yang tepat.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) hari ini menggelar Konferensi Nasional Psikiatri Komunitas ke-3 di Bandung. Acara tersebut membahas penanganan orang dengan masalah kejiwaan atau skizofrenia, dengan melibatkan masyarakat untuk memahami dan metode penanganan kesehatan jiwa.
"Edukasi ke masyarakat ini tentunya perlu dukungan dari berbagai institusi terkait, mulai dari pemerintah pusat dan daerah, asosiasi profesi, dan komunits," ujar Ketua Seksi Psikiatri Komunitas PP PDSKJI, Dr Suryo Dharmoko, dalam jumpa pers di Trans Luxury Hotel, Jalan Gatot Subroto, Bandung, Kamis (27/3/2014).
Menurut Suryo, kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan seseorang menjalani hidup harmonis dan produktif di tengah masyarakat. Gangguan kesehatan jiwa yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan berbagai dampak, seperti kekerasan di masyarakat, kenakalan remaja, pemasungan, hingga kecenderungan bunuh diri.
"Skizofrenia adalah penyakit kelainan mental yang ditandai gangguan proses berpikir seperti halusinasi dan delusi. Penderitanya dapat mengalami kelainan mental signifikan sepanjang hidupnya. Padahal 70 persen penderita jika mendapat penanganan tepat dapat pulih, bahkan 30 persen di antaranya dapat sembuh sempurna," jelasnya.
Menurut Suryo, penanganan skizofrenia menjadi tugas bersama tim medis, pemerintah dan masyarakat agar bisa ditangani sedini mungkin.
"Depresi, cemas, halusinasi, proses berpikir yang tidak sesuai realitas, itu menjadi salah satu ciri-ciri skizofrenia. Tugas kita untuk mengembalikan ke realitas," kata dia.
Di tempat yang sama, Bagus Utomo selaku Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) mengatakan, dengan komitmen dari pemerintah dan asosiasi profesi dalam menangani masalah kesehatan jiwa. Masyarakat semakin teredukasi dan secara bertahap merubah stigma negatif mengenai penderita gangguan kejiwaan.
"Kami sangat mengapresiasi upaya berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap skizorenia dan memudahkan kami dalam sosialisasi hingga pengobatan ke pasien. Salah satu bentuk sosialisasi kami adalah melalui 'Lighting The Hope For Schizophrenia' yang merupakan kampanye kesadaran publik terhadap gangguan kejiwaan terutama skizofrenia," bebernya.
Selama 3 hari sejak 26-28 Maret 2014, para peserta konferensi akan berbagi informasi dan solusi antara pemerintah, asosiasi profesional dan komunitas mengenai gangguan kesehatan jiwa dan metode penanganan yang sesuai sehingga penderita kembali menjalani kehidupan yang normal di masyarakat.
(avi/vit)