Liputan6.com, Jakarta Adanya pendaapat bahwa semua obat-obatan dapat memicu penyakit ginjal sangat disayangkan oleh pakar kesehatan. Karena ternyata tidak semua obat-obatan bisa memicu penyakit ginjal kronik atau penurunan fungsi ginjal secara perlahan dalam rentang waktu lebih dari 3 bulan.
Seperti disampaikan dokter spesialis penyakit dalam FKUI-RSCM, Dr. dr. Parlindungan Siregar SpPD.KGH bahwa pasien dengan penyakit komplikasi tertentu sering meragukan obat-obatan yang diberi oleh dokter karena dianggap dapat merusak ginjal. Padahal tidak semua obat-obatan bisa memicu penyakit pada ginjal.
"Hati-hati mengonsumsi obat penghilang nyeri khususnya golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) seperti Ponstan atau obat-obatan lain untuk merawat gejala penyakit sendi (rheumatoid arthritis), osteoarthritis serta rematik," ujar Parlindungan saat acara peringatan World Kidney Day di JW Marriott Hotel, Jakarta, ditulis Jumat (14/3/2014).
Parlindungan melanjutkan, yang kerap muncul dalam persepsi masyakat adalah bahwa semua obat-obatan berbahaya bagi ginjal. Sehingga beberapa pasien yang menderita penyakit komplikasi seperti diabetes dan hipertensi enggan minum obatnya.
"Umumnya obat diabetes atau hipertensi tidak mengganggu ginjal. Yang memengaruhi fungsi ginjal adalah golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang)," terangnya.
Lebih lanjut, Parlindungan menyarankan bagi pasien dengan komplikasi untuk tetap meminum obatnya sesuai petunjuk dan dosis yang ditetapkan dokter sedangkan kalau sakit kepala minum obat yang tidak memiliki sifat antinyeri. "Kalau sakit kepala amannya minum paracetamol saja lah, dia bukan golongan NSAID."
(Abd)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.