SELAIN menyebabkan kematian bayi, gizi buruk juga berpengaruh pada perkembangan tubuh dan otak anak. Dinas Kesehatan Aceh mencatat 38,9 persen anak-anak di provinsi itu mengalami kurang tumbuh (stunting) karena kurangnya asupan gizi sejak dalam kandungan.
Stunting merupakan kondisi yang menyebabkan anak-anak bertubuh lebih pendek dengan bobot tak ideal dan tidak sesuai dengan usianya. Stunting memengaruhi kemampuan daya saing, kecerdasan, produktivitas, dan rendahnya kemampuan motorik anak.
"Ini karena perkembangan otak yang tidak sempurna," jelas Kepala Seksi Kesehatan Ibu Anak dan Gizi Dinas Kesehatan Aceh, Dr Sulasmi dalam Workshop Strategi Komunikasi untuk Pembangunan dalam Pengurangan Stunting di Hotel Grand Nanggroe Banda Aceh, belum lama ini.
Menurutnya, gizi buruk menyebabkan anak lebih pendek 4,6 sentimeter saat dewasa nanti. Pertumbuhan anak sebenarnya bukan hanya dipengaruhi faktor genetik, tapi juga perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan.
"Faktor genetik kecil pengaruhnya, yang besar adalah faktor perilaku dan lingkungan. Jadi, tidak benar kalau ayah ibunya pendek, anak tidak bisa tinggi. Anak tetap bisa tinggi dengan syarat ubah perilaku dan lingkungan lebih sehat," katanya.
Dinas Kesehatan, sebut dia, sudah memiliki rencana strategis untuk menurunkan angka stunting dengan melibatkan semua pihak, untuk membangun kesadaran masyarakat khususnya ibu-ibu hamil dalam menjaga asupan gizi selama kehamilan dan memberi ASI eksklusif kepada bayinya.
Untuk mencegah stunting, si ibu harus memulainya sejak masa kehamilan, di mana dia harus memastikan asupan gizi yang cukup dan mengonsumsi vitamin A, serta tablet penambah darah (Fe) secara terus-menerus selama kehamilan.
"Masalahnya sekarang, banyak ibu-ibu enggan minum tablet Fe ini dengan berbagai alasan. Ada yang bilang bau lah, mual lah. Memang iya, kalau pertama-tama bisa saja bikin mual karena tablet ini mengandung asam folat. Tapi, asam folat ini bisa mencegah anak stunting," ujar Sulasmi.
Kemudian usai melahirkan, bayi harus mendapat ASI eksklusif dari usia 0-6 bulan tanpa asupan yang lain. Pastikan sejam usai melahirkan si bayi harus mendapat ASI pertama (kolostrum) untuk membentuk kekebalan tubuhnya.
Sementara Konsultan Komunikasi Unicef Perwakilan Aceh, Syafiq Asegaf menjelaskan, perilaku pemberian ASI eksklusif masih rendah di Aceh. "Data penelitian 2011, hanya 56 persen ibu-ibu yang menyusui anaknya pada bulan pertama setelah lahir. Artinya, ada separuh lagi yang tidak menyusui," ujarnya.
Lebih miris lagi, lanjut dia, ada ibu melahirkan yang membuang kolostrum karena terpengaruh mitos. "Padahal, itu sangat berharga bagi pertumbuhan si anak," sebut Syafiq.
Perlu adanya komunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan ibu-ibu hamil dan menyusui dalam rangka membangun kesadaran pencegahan stunting. Pihaknya mendorong ibu-ibu menyusui anaknya hingga dua tahun, dengan syarat enam bulan pertama tanpa asupan makanan atau minuman lain.
Lokakarya ini diikuti oleh peserta dari Bappeda dan Dinas Kesehatan tiga kabupaten, yaitu Aceh Jaya, Aceh Besar, dan Aceh Timur, selain kalangan jurnalis, lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi.
"Dalam dua hari ini, kita harapkan dapat mencurahkan pikiran dan memberikan input dalam penyusunan draf juklak pengurangan stunting di Aceh," ujar Direktur Eksekutif Katahati Institute Raihal Fajri.
Petunjuk pelaksanaan pengurangan stunting ini dinilai sangat penting. Apalagi angka stunting di Aceh masih terbilang tinggi. "Karena ini memuat strategi dalam menurunkan stunting secara cepat di Aceh," kata Sugiarto dari Unicef.
(tty) This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.
