Pages

Minggu, 15 Juni 2014

health.detik
Detik.com sindikasi 
50% off Print Subscription of USA Today

Get the news delivered to your doorstep. Lock in the savings and receive USA Today for just $0.75 a day.
From our sponsors
Keberadaan Orang Tua dalam Keluarga Turut Pengaruhi Orientasi Seksual Anak
Jun 15th 2014, 07:05

Jakarta, Ketika pria memiliki disorientasi seksual di mana ia memiliki ketertarikan dengan sesama jenis, lingkungan memang bisa berpengaruh. Terutama lingkungan keluarga di mana anak laki-laki hanya tinggal dengan ibunya.

"Tanpa kehadiran ayah, ada peran yang tidak bisa diterima anak. Pertama peran jenis kelamin, di mana kita punya identitas gender. Kalau ada ayah dan ibu anak bisa paham oh ini sosok ayah ini sosok ibu," tutur psikolog anak dan keluarga Roslina Verauli M.Psi.

Namun, ketika ibu menjadi orang tua tunggal, tak menutup kemungkinan jika anak bisa gagal melihat peran jenis kelamin. Saat anak lelaki melihat ibu bekerja mati-matian, dikatakan Vera penghayatan anak terhadap peran laki-laki bisa tidak tepat.

"Dari kasus yang saya tangani, kalau direview lelaki yang memiliki masalah seperti itu ada background keluarga di mana ia sangat dekat dengan ibu tapi punya hubungan buruk dengan ayah," terang ibu satu anak ini saat ditemui beberapa waktu lalu dan ditulis pada Minggu (15/6/2014).

Padahal, ibu cenderung memberikan kedekatan emosional, verbal, dan bahasa pada anak, berbeda dengan sosok ayah yang bisa memberikan sentuhan maskulin dan lebih kasar yang bisa membuat anak laki-laki percaya diri. Dengan begitu, baik anak lelaki atau perempuan akan tahu sosok laki-laki yang 'sehat' seperti apa.

Dari kasus yang ditangani Vera, kebanyakan hubungan ayah dan ibunya bermasalah sehingga si anak sangat menjalin hubungan emosional yang sangat dekat dengan sang ibu. Lalu, mengapa kondisi ini bisa memicu disorientasi seksual?

"Saat remaja pubertas, dia yang sedang merindukan peran ayah tiba-tiba punya temen sesama cowok yang membuatdia merasa nyaman dan nyamannya ini beda. Lalu dia mempersepsikan seperti cinta makanya orientasi seksualnya bisa berbeda," papar wanita yang juga mengajar di Universitas Tarumanegara ini.

Selain itu, ada pula pemicu lain misalnya kekerasan seksual yang tidak disengaja. Sebut saja ketika sepupu atau teman laki-lakinya memegang alat genitalnya, ketika si anak sudah pubertas ia akan memiliki fantasi seks dengan laki-laki karena saat itu dia melihat laki-lakilah yang melakukan hal tersebut.

"Saat SD fantasi seks belum aktif jadi rasanya kayak aneh aja. Tapi pas remaja, fantasi seksnya aktif kemudian ia mengalami hal tersbut sehingga terpengaruhlah fantasi seks yang muncul yaitu dengan laki-laki," tandas Vera.

(rdn/up)

Ingin Mendapatkan Rp 500,000 dari detikHealth ? Ceritakan Pengalaman Dietmu di Sini

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

Media files:
140758_195030_oertu7.jpg (image/jpg, 0 MB)
You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions