TEMPO.CO, Dallas - Rokok meninggalkan warisan berbahaya. Asap rokok mungkin hilang dari pandangan, namun senyawa kimianya tetap menempel pada dinding, furnitur, dan berbagai benda lain, lalu menimbulkan bau. Penelitian menunjukkan senyawa beracun yang menempel itu jauh lebih berbahaya ketimbang asap rokok, terutama bagi anak-anak yang biasa menggigit atau memasukkan mainan atau benda ke dalam mulutnya.
Perokok aktif langsung mengkonsumsi senyawa berbahaya saat mereka menghisap rokok. Meski ada gabus penyaring dalam batang rokoknya, perokok aktif tak serta-merta bebas dari bahaya racunnya. Perokok pasif, orang yang tidak merokok tapi tidak sengaja ikut menghisap asap rokok, berada dalam bahaya yang lebih besar karena senyawa beracun langsung masuk paru-paru tanpa ada penyaring. Yang kerap luput dari perhatian adalah residu asap rokok yang menempel di dalam ruangan.
Residu nikotin dan kimia dari rokok yang tertinggal dan menempel di benda itu dikenal sebagai "asap ketiga". Sebuah laporan dalam Pameran dan Pertemuan Nasional Perkumpulan Ahli Kimia Amerika (ACS) ke-247 di Dallas, yang dibuka pada 16 Maret 2014, menunjukkan sisa asap rokok bereaksi dengan udara di dalam ruangan. Senyawa itu membahayakan kesehatan manusia, termasuk menyebabkan kanker dan merusak rantai deoxyribonucleic acid (DNA) yang merupakan sumber informasi utama makhluk hidup.
"Alasan utama pelarangan merokok di dalam ruangan adalah potensi adanya "asap ketiga" itu," kata Bo Hang, ilmuwan dari Lawrence Berkeley National Laboratory yang menyampaikan laporan tentang bahaya residu asap rokok dalam ruangan.
Para peneliti menemukan lebih dari 4.000 senyawa kimia dari asap rokok bertahan lebih lama di dalam ruangan. Dalam studi yang dipimpin Hugo Destaillats, ilmuwan dari LBNL, substansi kimia sisa asap rokok itu bereaksi dengan polutan di dalam ruangan seperti ozon dan asam nitrit sehingga menghasilkan senyawa baru. Senyawa baru ini bersifat merusak dan bisa menyebabkan kanker.
Salah satu senyawa itu dikenal sebagai NNA. Senyawa yang mengandung nitrosamine, zat berbahaya pemicu kanker, bisa menyatu ke dalam DNA dan merusaknya. Senyawa dalam jumlah besar yang menyatu dengan DNA bahkan bisa menyebabkan mutasi genetik. Selain NNA, senyawa kimia yang dikenal sebagai NNK juga merusak DNA dan bersifat karsinogenik. Kerusakan DNA menyebabkan pertumbuhan sel tak terkendali dan memicu munculnya tumor berbahaya.
Hang mengatakan bayi dan anak kecil memiliki resiko terbesar terkena senyawa beracun itu. Bayi kerap memasukkan tangan atau mainan ke dalam mulut saat mereka merangkak. Saat itulah mereka menyentuh, menelan, atau menghisap senyawa "asap ketiga" tersebut. Karena fisiknya masih kecil dan masih dalam masa pertumbuhan, bayi justru lebih rentan terhadap efek beracun senyawa kimia tersebut.
Saat ini sudah banyak larangan merokok di tempat umum. Namun orang-orang masih tetap bisa merokok di tempat tinggal mereka. Saat itulah mereka sebenarnya masih menyebarkan senyawa berbahaya dari rokok kepada orang-orang terdekatnya.
Menurut Hang, cara terbaik untuk mengurangi dampak "asap ketiga" adalah dengan membuang barang-barang dan mengganti cat dinding yang sudah ditempeli residu asap rokok serta memperbaiki sirkulasi udara rumah. Menyedot debu serta mencuci pakaian, tirai, dan seprai yang terkena residu asap rokok juga membantu mengurangi risiko terkena substansi beracun asap tersebut.
SCIENCEDAILY | ACS.ORG | GABRIEL TITIYOGA
Topik terhangat:
Kampanye 2014 | Jokowi Nyapres | Malaysia Airlines | Pemilu 2014 | Kasus Century
Berita terpopuler lainnya:
Sindir Megawati, Prabowo: Kalau Manusia...
Sindir Jokowi, Prabowo: Jangan Pilih Capres Boneka
Prabowo Sempat Dilarang Berikan Topi ke Kader
Prabowo Curhat Soal Perjanjian Batu Tulis
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.