DISLEKSIA adalah gangguan belajar neurologis pada anak. Mereka kesulitan dalam kegiatan membaca dan memahami informasi linguistik. Para orangtua harus segera mengambil langkah terapi, agar dia bisa membaca dan memahami sebuah informasi kelak.
Kendati demikian, banyak sekali mitos mengenai disleksia yang diyakini masyarakat sebagai suatu kebenaran. Sehingga banyak orang salah paham mengenai orang yang menderita disleksia ini.
Untuk mengetahui apa saja mitos itu, simak ulasan lengkapnya di bawah ini, seperti dilansir Healthmeup.
Mitos: Anak yang mengalami disleksia tak sepandai lainnya
Tak ada hubungannya disleksia dengan kecerdasan. Anak yang mengalami disleksia hanya berjuang dalam proses, agar bisa membaca atau memahami informasi. Mereka bisa sama cerdas dan berbakat seperti orang lain.
Mitos: Setiap anak yang sulit membaca adalah disleksia
Disleksia utamanya dicirikan dengan kesulitan saat membaca, tapi hal itu bukanlah indikasi satu-satunya. Mereka juga menghadapi masalah dengan ejaan, pengucapan, dan menghapal. Singkatnya, saat seorang anak mengalami disleksia, dia juga akan menunjukkan tanda-tanda lain selain kesulitan dalam membaca.
Mitos: Disleksia bukanlah masalah mata
Disleksia bukanlah gangguan pada mata, jadi tak benar bahwa mereka melihat atau membaca mengulang kata-kata membaca dengan cara mundur. Mereka memiliki masalah memahami kata-kata dan akhirnya mengulang kata-kata atau struktur kata-katanya tertukar karena kebingungan.
Mitos: Lebih banyakpria ketimbang wanita yang mengalami disleksia
Studi menemukan bahwa anak pria yang menunjukan tanda-tanda ketidaktertarikan belajar di kelas saat awal sekolah dan itu hanya menggambarkan perilaku disleksia, bukan mengalami disleksia seutuhnya. Jadi, tak benar bahwa penderita disleksia lebih banyak pria daripada wanita, sebab disleksia lazim di semua kedua jenis kelamin.
Mitos: Disleksia bisa berkembang dari waktu ke waktu
Disleksia adalah gangguan seumur hidup dan kemungkinan seseorang yang mengalaminya akan terus menghadapi masalah ini saat membaca. Tetapi banyak juga kasus di mana penderita disleksia sudah bisa memiliki kemampuan membaca, setelah menjalani terapi dan belajar selama bertahun-tahun.
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.