Jakarta, Pelukan dari orang tua dapat menenangkan dan menghangatkan anak yang sedang sakit. Tapi Sam Ford tidak bisa merasakan pelukan penuh kasih dari orang tuanya. Akibat tiga sindrom yang ia derita, bocah itu akan sangat kesakitan bila dipeluk.
Sam yang kini berusia 14 tahun telah menderita joint hypermobility syndrome sejak ia masih kecil. Kelainan itu menyebabkan sendinya terlalu fleksibel sehingga sering nyeri dan sangat rentan terhadap kecelakaan.
Ia juga menderita myalgic encephalomyelitis (ME) alias sindrom kelelahan kronis. Kelainan itu menyebabkan Sam selalu merasa sangat lelah. Biasanya untuk meredakan rasa lelah, orang akan tidur. Tapi rasa lelah akibat ME tidak bisa diobati hanya dengan tidur.
Seolah belum cukup, 18 bulan lalu Sam didiagnosis menderita complex regional pain syndrome setelah mengalami cedera kaki. Kondisi itu mengakibatkan Sam merasakan sakit kronis pada bagian kakinya. Kelainan ini biasanya disebabkan oleh kecelakaan ringan, tetapi rasa sakit yang diakibatkan sungguh tak terbayangkan. Jika tidak diobati, rasa sakit kronis itu dapat menyebar ke bagian tubuh lain.
Akibat tiga sindrom itu, ibu dan saudara-saudara Sam tidak bisa memeluk atau bahkan menggenggam tangan Sam. Jika dipeluk, Sam akan merasa sangat kesakitan. Padahal jika dilihat, Sam seolah tidak memiliki penyakit apa pun.
"Sam merasakan nyeri di mana pun dan kapan pun. Tidak ada jeda sama sekali dan obat pereda rasa sakit tidak bekerja. Otak memberi tahu ia bahwa ada rasa sakit, padahal sebenarnya tidak ada yang sakit," tutur Emma Ford (38), ibu Sam.
Kebanyakan orang tua akan meyakinkan dan membuat nyaman anak dengan sebuah pelukan sembari memberi tahu bahwa semua akan baik-baik saja. Sayang, Emma sama sekali tak bisa memberikan pelukan pada putranya.Next
(
vit/vit)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.