BAKAT anak berkebutuhan khusus (ABK) tak begitu saja keluar. Para orangtua harus menyiasatinya agar bakat ABK bisa muncul. Mau tahu caranya?
Menurut Kusrini, Seksi Kurikulum TK dan SD Dinas Pendidikan Kabupaten Rembang sekaligus Sekertaris Pokja Inklusif, agar bakat ABK bisa muncul, orangtua harus bersikap seperti dokter. Mereka harus mampu mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki anak. Dan saat ditemukan kekurangan dan kelebihan anak, si orang tua tinggal mencari obatnya atau media pembelajaran untuk membuat bakat anak benar-benar muncul.
Setelah itu, orangtua harus koordinasi dengan sekolah. Kemudian, para orangtua memberikan pendampingan saat guru melatih potensi bakat anak.
"Orangtua memberi pendampingan pembelajaran disebut itu disebut parenting education. Dan itu sah-sah saja," ucapnya kepada Okezone dalam acara yang bertema Seminar Nasional Pendidikan Inklusif di Indonesia; pentingnya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, di Hotel Grand Sahid, di ruang Puri Ratna, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa, (28/1/2014).
Terpenting, kata dia, kesadaran orangtua atas potensi bakat anak harus tinggi. Karena mereka orang yang pertama kali melihat dan lebih mengetahui potensi bakat anak. Parcayalah, bahwa anak pasti memiliki potensi dan orangtua hanya perlu menggalinya saja.
Selain itu, para orangtua berbesar hati dan terbuka. Artinya, jangan berpandangan bahwa memiliki anak berkebutuhan khusus itu aib. Karena, segala upaya yang dilakukan orangtua untuk membuat anak berkembang lebih baik tak akan total akhirnya.
"Saat frame atau cara berpikir orangtua sudah keliru mengenai anak berkebutuhan khusus, segala upaya yang dilakukan orangtua tak akan mengubah banyak hal. Kecuali kalau orangtua berbesar hati menerima keterbatasan anak dan melayani sepenuh hati," tutupnya. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.