Palu, Ironis, kasus kematian ibu dan anak di Indonesia masih cukup tinggi. Namun di sisi lain angka pertumbuhan penduduk Indonesia juga bertambah sama pesatnya, meski program keluarga berencana terus digalakkan.
"Karena perkawinan-perkawinan muda, di bawah umur, 13-16 tahun, mungkin masih hampir 20 persen anak-anak kita yang sudah melakukannya. Belum lagi jarak anak yang terlalu rapat," terang Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Prof. dr. Fasli Jalal, SpGK, Ph.D., ketika berbicara sebagai salah satu panelis utama dalam International Seminar on Maritime and Agribusiness 2013 di Media Center Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah seperti ditulis Senin (16/12/2013).
Itulah mengapa Prof Fasli menekankan kesiapan fisik, psikis dan biologis anak sebelum akhirnya memasuki jenjang pernikahan karena kondisi kesehatan si calon ibu sebelum hamil, khususnya kesiapan biologisnya untuk mengandung, sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan si anak.
Lalu bagaimana agar hal ini tidak terjadi? "Makanya jangan sampai Empat Terlalu. Jadi jangan terlalu muda, jangan terlalu dekat jaraknya, jangan terlalu banyak, dan jangan terlalu tua," tegas Prof Fasli.
Lagipula menurut hemat Prof Fasli, sebagian besar kasus kematian ibu dan anak di Indonesia sebenarnya dipengaruhi oleh tiga faktor utama atau sering disebut dengan Tiga Terlambat. "Telat menemukan atau dideteksi, sehingga telat diantar untuk dilayani dan telat dilayani oleh dokter. Jadi kalau Tiga Terlambat ini terjadi, maka empat faktor Terlalu juga pasti terjadi," terangnya.
Dengan kata lain, apabila seorang ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan namun karena kurangnya pemahaman terhadap kondisi tersebut, akibatnya penanganan terhadap si ibu menjadi terlambat maka wajar kasus kematian ibu dan anak di Indonesia menjadi tinggi.
Sebagai perbandingan, Prof Fasli menjelaskan pada tahun 2007 di Indonesia kasus kematian ibu dan anak mencapai 228 orang/100.000 kelahiran, padahal di negara tetangga Singapura angka ini hanya mencapai 4-5 orang/100.000 kelahiran.
Namun nyatanya ini bukannya turun malah naik lagi menjadi 359 orang meninggal/100.000 kelahiran di tahun 2012, untuk itu dokter lulusan Universitas Andalas ini menekankan peranan program keluarga berencana yang harus lebih digetolkan dalam rangka mencegah Empat Terlalu yang telah disebutkannya.
(
vit/vit)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.