TEMPO.CO, Jakarta -Perancang dan penata rias, Chenny Han mengakui kalau dalam lingkup pergaulan kaum waria ada bahasa yang sering dipakai dan digunakan sesama mereka.
"Seru juga kalau para banci-banci ini sudah kumpul pasti bicara dan gaya bahasanya macam-macam. Misalnya ada yang suka menyebut "Cinnn...!" berarti panggilan sayang kepada seorang teman," kata Chenny yang berkulit putih ini ditemui di butiknya di Kawasan Kebon Kacang, Jakarta Pusat, pada Jumat malam, 22 November.
Selain itu Chenny juga menyebutkan ada kata-kata seperti rempong yang berarti repot. Lalu sirsak alias sirik.
"Suka tuh para banci kalau ngumpul bilang Ih sebel deh rempong banget dia hobinya sirsak sana sirsak sini. Maksudnya adalah Ih sebel repot sekali dia hobinya sirik di sana sini," kata Chenny menirukan ucapan yang biasa dilakukan kaumnya.
Kemudian Chenny juga menjelaskan tentang kata yuk capcus yang berati ayo ayau mari kita cabut artinya kata untuk menunjukan kita pergi. Lalu kata mawar tinta alias mau kita. Selanjutnya nyebong istilah yang sering digunakan untuk menyebut para banci atau waria yang menjadi PSK alias pekerja seks yang melacur di jalan seperti Taman Lawang. Lalu ada juga kata ngeceng atau mejeng yang berarti tampil di jalan dengan dandanan berani beda seperti yang sering dilihat di Taman Lawang atau taman yang biasa digunakan para waria di Jakarta.
Ketika bertransaksi ada istilah, "berapose" maksudnya adalah "berapa" atau ada yang suka menyebut "em" dan "ember" yang artinya memang. Lalu kata "gilingan" artinya gila, kata "endang estaurina" artinya "enak sekali". Kemudian kata "macan tutul" di mana-mana maksudnya adalah macet total di mana-mana.
"Lucunya para waria suka juga ngerumpi alias ngobrol bilang ih dia itu orangnya "pelita hati" maksudnya adalah pelit. Terus kalau jalan di mal mau belanja bilang "Ih maharani Bo!" maksudnya "Ih mahal sekali".
Lain lagi dengan Mami Yulie, Ketua Forum Komunikasi Waria seIndonesia. Dari menjajakan diri di pinggir jalan, waria berusia 52 tahun ini sekarang bermetamorfosis konsultan hukum dan aktivis hak asasi manusia.
"Kalau bahasa yang dipakai biasanya ya beredar di lingkungan para waria. Tetapi karena para waria ada yang bekerja di salon, di dunia mode hasilnya ya menjadi bahasa yang juga digunakan dalam masyarakat biasa," kata Mami Yulie.
Dia menyebutkanseperti pada kata "titi dj" yang artinya hati-hati di jalan, atau "titi kamal" artinya hati-hati kalau sudah malam, kini menjadi bahasa umum yang dipakai oleh masyarakat, tak hanya kalangan waria saja.
Waria asal Ambon yang kini membawahi 7 juta waria dari seluruh Indonesia, dan 800 ribu di antaranya waria yang berada di Jakarta ini mengatakan.
"Waria kalau sudah kumpul omongannya rumpi habis. Mereka sih lebih suka dipanggilnya waria lebih terhormat. Kalau panggilan banci itu kepada teman dekat, tapi jangan dipanggil bencong atau wadam, itu sangat menyakitkan," ujar Mami Yulie.
HADRIANI P
Topik Terhangat
Penyadapan Australia | Vonis Baru Angelina | Adiguna Sutowo | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi
Baca juga:
Asam Garam Oma Yuyun Beroperasi di Taman Lawang
Ini Kisah Evie, Waria Pengasuh Presiden Obama
Waria Wafat Masih Menimbulkan Debat
Kontroversi dan Diskrimansi Waria
Depresi, Penyebab Kecacatan Tertinggi ke-2
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.