Anak adalah harta yang tak ternilai harganya bagi setiap orangtua. Ada pepatah mengatakan, "Tidak ada harimau yang memakan anaknya sendiri", atau "Tidak ada orangtua yang mencelakakan anaknya sendiri".
Ya, dalam masa pertumbuhannya, anak membentuk kepribadian, kebiasaan, dan nilai-nilai kehidupan dari orangtuanya. Setiap orangtua pun pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun, seringkali orangtua terjebak dalam sikap yang disadari bahwa itu adalah "salah", tapi karena berbagai alasan mereka pun tetap melakukannya kepada si buah hati.
Untuk mengingatkan
moms dan
dads, simak pemaparan Jovita Maria Ferliani, M.Psi dari RS Royal Taruma, Jakarta Barat berikut ini, sebagaimana dilansir
Mom & Kiddie. - Berbohong Terkadang orangtua menganggap kebohongan demi kebaikan merupakan hal yang sah-sah saja. Padahal apa pun alasannya, berbohong adalah perbuatan yang sangat tidak dianjurkan karena dapat berakibat negatif pada perkembangan anak. Misalnya,
dads buru-buru hendak bekerja, tapi anak minta ikut atau menahan agar mengajaknya keliling komplek terlebih dulu.
Lalu Anda berkata, "Papa mau pergi ke depan, sebentar kok. Nanti kita main lagi ya, sayang. Hanya
sebentaaarrr saja." Tapi nyatanya,
dads pulang tengah malam.
Dampak: Jika kita berbohong, baik itu ringan, kecil, atau berat tetap saja berdampak buruk bagi anak. Mereka tidak akan percaya lagi dengan kita sebagai orangtuanya. Mereka pun jadi tidak bisa membedakan pernyataan yang bisa dipercaya atau tidak, sehingga anak menganggap semua yang diucapkan orangtuanya adalah bohong dan mereka pun mulai tidak patuh dengan segala perkataan orangtuanya.
- Mengancam Seringkali orangtua mengancam anak ketika melihat perilaku yang tidak sesuai dengan keinginan dan peraturan yang ditetapkan. Misal
moms berteriak saat melihat si kakak sedang menganggu adiknya, "Kakak, jangan ganggu
adek, nanti mama marah!" atau "Kalau kamu lari-larian terus, nanti mama tinggal sendirian di rumah!"
Dampak: Terbiasa mengancam anak, maka anak akan terbiasa juga menggunakan kalimat ancaman dalam pergaulannya. Bila orangtua terlalu sering mengucapkan kalimat ancaman, anak pun akan menganggap kalimat ancaman sebagai suatu kalimat biasa dan bukan lagi kalimat yang perlu mendapatkan penekanan. Akibatnya, anak tidak akan menanggapi atau merespons kalimat ancaman tersebut.
- Memberi label burukBerhati-hatilah terhadap ucapan yang keluar dari mulut moms atau dads. Jika sedang marah atau kesal dengan anak, acapkali muncul kata-kata yang menunjukkan "label" pada diri anak, seperti penakut, pembuat onar, pemalas, nakal, dan sebagainya. Jika tidak segera dihentikan, "label" yang Anda katakan pada anak akan benar-benar melekat pada dirinya dan perkataan tersebut dapat menyakiti perasaan anak karena ketajaman lisan orangtuanya. (Bersambung)
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: