PERMASALAHAN kesehatan pada perempuan berawal dari masih tingginya usia perkawinan pertama di bawah usia 20 tahun. Padahal, seperti yang kita ketahui kehamilan usia muda memiliki risiko yang tinggi. Lantas, bagaimana solusinya.
Ketua Umum Dharma Wanita Persatuan Pusat, Prof. Nila F. Moeloek, MD, Ph.D mengatakan bahwa hal tersebut dimungkinkan karena kurangnya pemahaman, pengetahuan serta sikap dan perilaku positif, serta hak-hak reproduksi. Padahal tersebut berpengaruh terhadap derajar kesehatan reproduksi dan menyiapkan kehidupan berkeluarga.
"Kesehatan reproduksi itu penting, hak perempuan untuk mengatakan bahwa saya harus pelihara. Kalau kita berbicara tentang kesehatan reproduksi, maka kita berbicara tentang remaja,"ujar Prof. Nila F. Moeloek dalam seminar bertema "Keluarga Adalah Pilar Pertama dan Utama Dalam Membangun Bangsa" di Auditorium BKKBN Gedung Halim 1, Jakarta Timur, Selasa (26/11/2013).
Sementara, menurut survey Australian National University (ANU) dan Universitas Indonesia tahun 2010 di JATABEK, 22 % remaja perempuan di bawah usia 20 tahun mengalami kehamilan sebelum menikah. Artinya, hanya 74,33 % perempuan yang mengalami kehamilan dalam ikatan pernikahan yang syah, dan 2,97 % sisanya tidak memberikan informasi.
Jadi, menurut Prof. Nila F. Moeloek bila berbicara mengenai remaja, maka artinya mereka harus mengetahui tentang perilaku seks. Hal tersebut karena berkaitan dengan kesehatan reproduksi mereka sendiri
."Kalau mereka tidak tahan, atau mau melakukan tetapi yang aman, tetapi kalau bisa jangan, karena dia tahu bahwa ini bukan main-main,"imbuh Prof. Nila (tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.