MEROKOK di dalam rumah merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dihadapi keluarga. Berkisar 57 persen rumah tangga di Indonesia rata-rata memiliki satu orang perokok aktif dengan anggota keluarga lainnya yang menjadi perokok pasif.
Ketika istri sudah mati-matian menjalankan pola hidup sehat, seperti mengatur pola makan, menghindari junk food, berolahraga serta menjaga kebersihan, namun suami tetap saja merokok. Saat diminta untuk berhenti, suami malah kesal bahkan marah. Padahal jika kebiasaan ini didiamkan saja, bisa menimbulkan masalah serius terutama kesehatan keluarga pada masa yang akan datang.
Simak penuturan dr. Feni Fitriani Taufik, SpP tentang bahaya seorang perokok aktif maupun pasif di dalam rumah dan bagaimana cara Moms agar bisa membantu suami mengatasi kebiasaan merokoknya tersebut, sebagaimana dilansir Mom & Kiddie.
Rokok dan Kanker
Dalam satu batang rokok mengandung sekitar 7.000 zat kimia. Dua ratus jenis di antaranya bersifat karsinogenik, yaitu zat yang merusak gen dalam tubuh sehingga memicu terjadinya kanker paru, kanker lidah, kanker rahim, stroke, hipertensi, jantung, impotensi, dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan risiko merokok.
Rokok merupakan salah satu penyebab kematian pertama di dunia. Survei Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa setiap jam sekitar 46 orang meninggal dunia karena penyakit yang berhubungan dengan rokok.
"Bahaya perokok aktif pada waktu jangka pendeknya yakni dapat mengakibatkan gangguan saluran napas dan bau mulut. Sedangkan bahaya jangka panjangnya yakni bisa meningkatkan risiko penyakit yang berhubungan dengan merokok. Sebanyak 90 persen penderita kanker paru disebabkan oleh kebiasaan merokok. Seperti penyakit paru obstruktif kronik, yakni penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial (PPOK) yang terjadi pada usia lanjut. PPOK terjadi setelah 20 tahun penderita aktif merokok. Misalnya, seorang pria mulai merokok pada usia 20 tahun, maka efeknya akan muncul pada saat ia berusia 40 tahun," buka Feni.
Perokok Pasif
"Satu orang makan buah nangka, semua kena getahnya." Itulah peribahasa yang cocok untuk seorang perokok aktif yang merokok sembarangan tanpa memerhatikan orang-orang di sekitarnya yang bisa jadi perokok pasif.
Menurut penelitian, zat dari asap rokok justru adalah zat yang sangat berbahaya dan memiliki risiko lebih tinggi. Jika suami biasa merokok di rumah, maka anak dan istrinya lebih rentan terkena infeksi saluran napas.
Bila ada yang memiliki asma, maka kemungkinan besar penyakitnya akan lebih sering kambuh. Perokok pasif memiliki risiko yang lebih berbahaya karena ia tidak berniat merokok tapi berisiko terkena penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari asap rokok.
"Sampai sekarang banyak orang yang salah kaprah mengatakan bahwa perokok pasif lebih berbahaya dibanding perokok aktif. Padahal, perokok aktif pun sebenarnya perokok pasif karena ia menghirup asap dari udara yang dikeluarkan. Hanya saja perokok pasif lebih dirugikan karena ia tidak berniat untuk merokok tapi dia kena risiko dari asap rokok. Bisa jadi yang tadinya tidak punya penyakit apapun karena sering menghirup asap rokok maka ia pun berisiko memiliki kanker dalam tubuhnya," urai Feni.
Bahaya Merokok
Perokok aktif memang meningkatkan risiko penyakit jantung dan kanker paru dalam tubuhnya. Namun,tanpa disadari menjadi perokok pasif juga menimbulkan masalah kesehatan dan psikologis, seperti:
- Jika ibu hamil yang menjadi perokok pasif, maka asap rokok dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin hingga keguguran.
- Meskipun belum diketahui secara pasti bahwa asap rokok dapat menyebabkan bayi mengalami sindrom mati mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/SIDS). Namun ada baiknya melakukan pencegahan sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Selain diduga karena faktor genetik, SIDS juga disebabkan adanya infeksi bakteri atau terhirupnya zat yang dapat menyebabkan bayi sulit bernapas. Apa pun kemungkinan penyebabnya, sebaiknya Moms dan Dads melakukan suatu hal yang dapat menurunkan risiko kematian bayi, salah satunya dengan tidak merokok dekat mereka.
- Bila anak-anak sebagai perokok pasif, maka bahaya kesehatannya lebih besar. Sebab sistem imun (daya tahan tubuh) mereka masih lemah dan belum sempurna. Salah satu risiko anak yang menjadi perokok pasif adalah pertumbuhan paru-parunya lambat, asma, radang saluran pernapasan, infeksi telinga, pneumonia, alergi, dan batuk berkepanjangan.
- Orangtua yang kerap merokok di depan anak bisa memengaruhi kondisi psikisnya. Anak cenderung percaya bahwa rokok bukanlah gaya hidup yang buruk. Ketika mereka kecil, mereka mencoba untuk meniru gaya merokok dengan meletakkan pena di mulutnya. Saat remaja, mereka mungkin akan melakukan hal yang nyata. Akhirnya, ia menjadi kecanduan untuk merokok sejak din
(tty)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.