Pages

Kamis, 12 Desember 2013

Liputan6 - RSS 0.92
Liputan6.com merupakan situs berita aktual, tajam, terpercaya yang dimiliki SCTV 
Shop Tervis tumblers.

Create a one of a kind personalized gift. It's fun and easy to design!
From our sponsors
95 Persen Anak Usia Sekolah Adalah Pelaku Kekerasan Seksual
Dec 12th 2013, 09:44

Posted: 12/12/2013 16:30

95 Persen Anak Usia Sekolah Adalah Pelaku Kekerasan Seksual

(Liputan 6.com/RS)

Liputan6.com, Jakarta : Derasnya arus pornografi di zaman moderen seperti sekarang ini, membuat pelaku kekerasan seksual tidak hanya berasal dari orang berusia dewasa saja. Anak usia belia pun kini sudah berani melakukannya.

Berita Terkait

Survei yang dilakukan Yayasan Kita dan Buah Hati, yang dipantau langsung oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menghasilkan sebuah data yang menyebutkan bahwa 95 persen anak berusia sekolah dasar, sudah menjadi pelaku kekerasan seksual.

"Ini naiknya cukup signifkan dan mengangetkan tentunya. Di tahun 2012, ditemukan fakta bahwa 76 persen anak kelas 4 sampai 6 SD sudah menjadi pelakunya," kata Perwakilan Yayasan Kita dan Buah Hati, Perwita Sari dalam acara 'Pembacaan Hasil Laporan dari Sidang HAM III', di Gedung Perpustakaan Nasional Salemba, Jakarta, Kamis (12/12/2013)

Perilaku ini ada disebabkan terlalu dininya usia anak-anak itu untuk melihat konten pornografi. Konten ini didapat justru dari anak itu sendiri dengan cara mengunduhnya dari rumahnya sendiri karena tidak disengaja. Sementara sebagian lainnya, mengunduh konton pornografi dari warnet, telepon genggam, dan dari teman.

Contohnya saja yang terjadi pada bulan November 2013 di Situbondo. Dalam kasus itu disebutkan bahwa seorang anak yang masih duduk di bangku sekolah dasar (kelas 6) memerkosa tetanggannya yang masih berusia balita. Ketika diperiksa, sang anak mengatakan bahwa ia terinspirasi dari film porno yang ditontonnya.

Hal seperti ini tentunya sangat memprihatinkan, mengingat usia anak-anak itu yang sebenarnya belum layak untuk mengetahui itu semua. Tapi, menurut Perwita, anak-anak itu tidak bisa disalahkan sepenuhinya, karena ia dianggap sebagai korban dari orangtua dan sekitar yang kurang memberikan pendampingan terhadap dirinya.

(Adt/abd)

Berita Rekomendasi

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions