HASIL Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa angka kematian ibu untuk periode 2008 sampai dengan 2012 ialah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Di mana jumlah itu lebih tinggi dari hasil SDKI 2007 yang besarnya 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Menanggapi hal Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, Ph.D, SpGK Wakil Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa hal itu bukan tanpa sebab. Ia menilai ada tiga faktor utama yang bisa menyebabkan kondisi itu.
Beberapa faktor tersebut di antaranya ialah masih tingginya wanita yang menikah pada umur 15 sampai 19 tahun, padahal secara sistem reproduksi belum siap.
"Menikah pada di umur kelompok 15 sampai 19 tahun merupakan penyebab kematian ibu sangat tinggi. Kondisi itu bisa terjadi, secara input mereka belum siap, apakah itu kapan mereka akan melahirkan, apa yang harus dilakukan selama kehamilan, dimana tempat yang tempat yang tepat untuk melahirkan. Semuanya itu mereka belum sadar ataupun sepenuhnya mengetahui hal tersebut. Apalagi kebanyakan pada umur kelompok itu masih tergantung dengan mertua,"katanya saat berbincang-bincang dengan Okezone dalam acara yang bertema Temu Nasional Keluarga Berencana Dalam Rangka Hari Kontrasepsi Sedunia 2013, di Assembly Hall, Balai Sidang Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Selain itu, kata dia, faktor lain yang membuat angka kematian ibu tinggi dikarenakan kendala transportasi, terutama di pedesaan. Menurutnya, banyak ibu meninggal karena saat ingin melahirkan anak biasanya harus ke kota atau keluar daerah, mereka mengalami keterlambatan transportasi.
Faktor ketiga ialah keterlambatan fasilitasi, terutama di pedesaan. Apalagi, kesadaran masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak bisa pisahkan. Sehingga, hasilnya melipatgandakan angka kematian ibu yang harus ditangani.
"Banyak ditemukan seorang ibu meninggal saat di rumah sakit di daerah-daerah. Hal itu bisa terjadi karena keterlambatan transportasi dan kurang ditunjang fasilitasnya, entah dari tenaga medik dan juga fasilitas pendukung untuk keberhasilan dalam persalinan," terangnya.
Sementara itu, Ali Ghufron Mukti menegaskan bahwa untuk bisa menekan kondisi itu dibutuhkan peran semua pihak. Contohnya peran desentralisasi daerah yang ikut membantu masyarakat menerapkan KB, mempromosikan secara gencar alat kontrasepsi jangka panjang, dan sarana dan prasana di setiap daerah untuk menjamin kesehatan ibu dan anak serta alat kontrasepsi. Semua kondisi itu harus seiring saat dilakukan karena kondisi yang terjadi sudah kompleks. (ind)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: