Nuniek mengolah kain tenun Troso asal Jepara, Jawa Tengah menjadi busana muslim dengan keragaman bentuk dan warna, serta aksesori yang unik sebagai penutup kepala. Kain-kain tenun itu seperti tidak dijahit, namun dilipat dan dibungkus, dengan gaya yang berbeda.
"Saya mencoba mengekplorasi kain tenun dari Troso dengan teknik yang mengadopsi konstruksi arsitektur yang membungkus, melindungi atau melipat," ujar Nuniek saat ditemui di Hotel Hilton, Bandung, Jawa Barat sesaat sebelum show-nya dimulai, Jumat (27/9/2013).
Kedengarannya sangat rumit, namun sebenarnya tidak. Nuniek hanya mencoba menghadirkan bentuk baru dari olahan tenun dengan mengacu pada gaya yang lebih modern. Simpel dan tidak ribet tampilannya. Kalau menurut dia, koleksi busana yang hadir kali ini muncul dengan prinsip antara kebaya, kimono dan sarung,
Kain tenun Troso itu lalu dijadikan gaun panjang serta padu padan antara atasan dan rok atau celana. Untuk memberi aksen elegan, Nuniek seperti sengaja bermain dengan pilihan warna yang didominasi kuning, hijau army, serta indigo. Dengan tambahan sulaman yang dibuat tangan ia menempatkannya di beberapa bagian busana.
Sebagai pelengkap aksesori, Nuniek mencoba membuat tampilan berbeda (yang tentunya mencuri perhatian dengan topi anyaman dari pandan. Dia menyebut adalah anyaman Tasik yang membuatnya berpikir kenapa tidak coba hadirkan dalam koleksinya kali ini.
Tema "Arc" diambil Nuniek dari kata arsitektur yang menurutnya sarat dengan struktur. Dan dari permainan struktur itu kemudian hadir dalam koleksi busana yang penuh unsur geometrikal.
Editor :
D. Syafrina Syaaf
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends:
