KOMPAS.com - Penanganan bayi kembar siam termasuk kembar siam parasit (conjoined twin parasitic) pada kasus bayi Ginan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung membutuhkan keterlibatan banyak ahli. Jika ditemukan adanya kelainan lain pada bayi, akan semakin banyak ahli yang terlibat untuk menangani bayi yang dalam dunia kedokteran disebut sebagai bayi risiko tinggi ini.
Dokter spesialis anak dari Divisi Perinatologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dr Rosalina Dewi Roeslani SpA(K) menjelaskan, pada bayi kembar siam biasanya tim ahli minimal terdiri dari dokter anak, dokter anestesi, dan dokter bedah anak. Meski begitu, dokter ahli lain bisa terlibat tergantung dari kondisi kembar siam tersebut.
Menurutnya, kondisi penempelan bayi juga menentukan dokter ahli yang akan dilibatkan dalam menangani kembar siam. Kalau dokter juga menemukan adanya kelainan atau masalah misal pada jantung, maka dokter spesialis jantung juga akan terlibat. Bagian pencitraan, laboratorium, perinatologi, dokter anak sub spesialisasi neurologi dan pediatri sosial juga bisa dilibatkan.
"Tim dokter ahli yang dibentuk untuk menangani bayi lahir kembar siam atau kembar siam parasit, akan mempelajari kondisi bayi dan melakukan evaluasi jam per jam. Kemudian, jika tim dokter menemukan ada kelainan atau masalah, tim dokter melakukan rapat untuk membulatkan suara dalam memberikan penanganan tepat," ungkap Rosi (sapaan akrabnya) kepada Kompas Health di Jakarta.
Pada penanganan bayi kembar parasit seperti kasus Ginan misalnya, tim dokter ahli akan memperhitungkan berbagai risiko. Apalagi terkait penempelan pada area mulut.
Menurut Rosi, biasanya pembedahan untuk memisahkan bayi kembar siam dilakukan saat kondisi bayi sudah lebih stabil, yakni pada usia antara 3-5 bulan. Namun pada kasus Ginan, jika bayi yang tidak berkembang sempurna berada di mulut, dan menganggu keluar masuknya makanan minuman pada bayi yang lahir sempurna, pembedahan bisa saja dilakukan pada usia neonatus atau 0-30 hari setelah dilahirkan.
"Bayi kembar siam bisa dioperasi setelah melewati masa neonatus. Karena semakin besar kondisi bayi lebih stabil. Namun jika sebelum lima bulan misalnya, kondisinya memburuk, pembedahan untuk memisahkan bayi kembar siam bisa dilakukan. Operasi bisa segera dilakukan untuk menyelamatkan nyawanya," paparnya.
Penanganan dan perawatan bayi kembar siam termasuk kembar siam parasit bisa dilakukan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
Jika pemisahan bayi kembar parasit dilakukan pada usia neonatus, bayi langsung menjalani perawatan NICU selama dua minggu hingga satu bulan, sampai bayi bisa minum dengan baik. Namun jika operasi pemisahan kembar siam parasit dilakukan saat bayi berusia di atas tiga bulan, bayi kemudian menjalani perawatan PICU.
Prosedur perawatan ini penting dijalani karena bayi kembar siam yang termasuk dalam kategori bayi risiko tinggi mudah terkena risiko infeksi, seperti infeksi sirkulasi pernapasan. Dengan perawatan tepat, kondisi bayi bisa terus terpantau apakah membutuhkan terapi oksigen ringan atau berat jika ternyata mengalami infeksi saluran pernapasan. Suhu tubuh bayi juga bisa terpantau, apakah mengalami Hipotermia (suhu tubuh bayi di bawah 36,5 derajat Celcius) atau Hipertermia (suhu tubuh bayi di atas 37,5 derajat Celcius).
Tak hanya memantau kondisi fisik bayi risiko tinggi, perawatan NICU/PICU juga membantu pemantauan tumbuh kembang anak. Perawatan NICU/PICU melibatkan dokter anak sub spesialisasi pediatri sosial untuk memastikan tumbuh kembang anak lebih optimal. Pasalnya, bayi risiko tinggi memiliki kecenderungan mengalami gangguan tumbuh kembang.
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers. Five Filters recommends: