Jakarta, Saat buah hati menginjak usia remaja, salah satu hal penting yang perlu diajarkan para orang tua adalah pendidikan seks. Namun, bagaimana mengajarkan pendidikan seks pada remaja dengan speltrum autistik (remaja SA)?
"Sangat tergantung pada kapasitas anak. Kalau dia masuk sekolah umum dan dapat pendidikan seks di sekolah, si ibu cukup beli buku yang dibaca terus bagian mana yang mau didiskusikan atau nunggu apa yang mau ditanyakan sama anaknya," papar psikolg Dr Adriana Ginanjar, MS.
Ditemui detikHealth di Kantor Kemenkes, Jl. HR Rasuna Said, Senin (14/4/2014), Ina, begitu ia akrab disapa menekankan jika spektrum autistik yang dialami anak agak berat maka orang tua perlu mengajarinya sejak awal tentang kebersihan dan privacy yang sangat mendasar.
"Misalnya toilet trainee terus privacy kalau keluar kamar mandi nggak boleh pake handuk saja. Orang lain nggak boleh menyentuh area pribadinya. Pokoknya kita ajari secara konkret dan bertahap sesuai waktunya," lanjut Ina.
Misalnya saat remaja lelaki mengalami mimpi basah maka orang tua perlu mengajari dia mencuci celana kemudian di mana meletakkan celananya. Jika remaja perempuan, setahun sebelumnya ajari memakai pantyliner untuk persiapan menghadapi menstruasi.
Wanita yang juga menjadi Dekan Fakultas Psikologi UI ini mengatakan layaknya remaja tanpa spektrum autistik, saat sudah aqil baligh remaja SA juga bisa melakukan masturbasi.
"Hanya saja anak autis berlebihan karena dorongan itu sangat besar dan nggak tahu cara mengatasinya. Menghadapi hal ini, ada dua tipe orang tua, memperbolehkan tapi ada aturannya atau nggak diperbolehkan tapi si anak dialihkan dengan kegiatan lain," terang Ina.
Meski demikian, masturbasi memang tetap terjadi tapi setidaknya dengan mengalihkan perhatian anak, hal tersebut bisa diminimalisir. Nah, kegiatan masturbasi yang dilakukan remaja SA juga dilihat oleh Miska (22) yang kebetulan memiliki adik dengan spektrum autistik.
Dikatakan Miska, adik lelakinya yang berusia 18 tahun memang melakukan masturbasi. Hanya saja, terkadang sang adik melakukan tidak pada tempatnya. Meski begitu, Miska mengaku bersyukur karena seiring perkembangan adiknya, masturbasi dianggap ia dan keluarganya sebagai sesuatu yang normal dialami remaja.
"Remaja yang lain kan juga melakukannya. Jadi saya bersyukur berarti si adik ini masih normal. Cuma kita arahkan dan kita ajari mandi wajib. Tapi sebisa mungkin dihindari misalnya kita ajak renang atau pergi ke mana gitu," tutur alumnus ITB ini.
(rdn/vta)