Liputan6.com, Jakarta Emergency Committee dari International Health Regulations (2005) - Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) telah melakukan pertemuan keenam dengan cara telekonferensi pada 16 Juni 2014 sejak 12.15 sampai 16.19 waktu Jenewa. Saya mengikutinya dari Jakarta, sejak sore sampai malam hari di Waktu Indonesia bagian Barat.
Tujuh negara yang ada kasus MERS dan menyampaikan laporannya pada telekonferensi ini antara lain Algeria, Iran, Jordan, Netherlands, Saudi Arabia, United Arab Emirates (UAE), dan United States of America.
Pihak sekertariat WHO juga melaporkan perkembangan terakhir MERS CoV dari sudut epidmiologi, saintifik, deskripsi rinci kasus yang dilaporkan ke WHO, pola penyebaran dan temuan penting tim WHO yang dikirim ke Uni Emirat Arab yang belakangan cukup banyak melaporkan kasus.
Setelah berdiskusi lebih dari 4 jam maka seluruh anggota Emergency Committe sepakat bahwa situasi MERS CoV memang masih amat serius, tapi diketahui juga bahwa jumlah kasus mulai menurun serta tidak ada bukti penularan antarmanusia yang berlangsung berkelanjutan. Emergency Committe menyimpulkan bahwa belum terjadi situasi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Tetapi, Emergency Committee meminta antisipasi ketat sehubungan dengan peningkatan jamaah umroh pada bulan ramadan ini apalagi ketika musim Haji tidak terlalu lama lagi. Komite juga melihat makin kuatnya bukti ilmiah untuk menunjang hipotesa bahwa unta mungkin adalah sumber penular penting di komunitas.
Emergency Committee memberi beberapa rekomendasi ke negara-negara di dunia, sebagai berikut :
- Memperkuat pengendalia infeksi di rumah sakit, karena cukup banyak kasus MERS CoV terjadi karena penularan di RS
- Meningkatkan penelitian, termasuk case-control, serologi, lingkungan dan penelitian pada binatang.
- Membantu peningkatan kapasitas kesehatan di negara-negara rentan, khususnya di Afrika
- Melakukan penyuluhan kesehatan pada jamaah umroh dan Haji, serta petugas kesehatan yang menyertainya. Topiknya meliputi gejala, higiene dan kebersihan diri, ririko bagi yang berpenyakit kronik, dll
- Terus melakukan penyuluhan pada masyarakat luas dan penentu kebijakan publik, termasuk kerjasama erat antara pihak kesehatan dan kesehatan hewan
Prof Tjandra Yoga Aditama
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan dan anggota WHO IHR Emergency Committee on MERS CoV
(Gabriel Abdi Susanto)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.