Inggris, Sang ibu hanya ingin Emma tumbuh dewasa dan menggapai cita-citanya sebagai seorang dokter hewan. Namun Emma sudah hampir kehabisan waktu, karena ia tak kunjung mendapatkan donor sel punca yang ia butuhkan.
Bahkan tak ada satupun anggota keluarga Emma yang memiliki sel punca yang cocok untuknya. Tak terkecuali sang adik, James. Yang tak kalah menyedihkan ketika James menjalani pemeriksaan untuk mengetahui apakah ia bisa jadi donor untuk kakaknya, ternyata bocah berusia empat tahun ini juga butuh donor sel punca.
Keduanya mengidap gangguan genetik yang disebut Fanconi Anaemia. Sebagian besar penderitanya mengalami kegagalan sumsum tulang belakang dan leukemia atau kanker darah. Namun kondisi ini terbilang langka karena hanya terjadi pada 150 keluarga di Inggris.
Karena kondisi ini, Emma rutin ke rumah sakit untuk mendapatkan transfusi darah agar jumlah darahnya tetap normal. Ini belum termasuk biopsi sumsum tulang belakang rutin yang harus dijalaninya. Akibatnya bocah berusia enam tahun ini harus merasakan banyak hal.
"Ia jadi mudah lelah dan ototnya sering terasa nyeri. Ia juga gampang lecet dan ada banyak ruam di tubuhnya," papar sang ibu, Rachel seperti dikutip dari BBC, Senin (16/6/2014).
Rachel dan suaminya baru tahu bila putri sulung mereka mengidap gangguan genetik langka ketika usianya menginjak empat tahun. Di usia 18 bulan Emma telah menjalani operasi jantung dan ia terlahir hanya dengan satu ginjal. Sejak itulah Emma mulai sering mengalami sesak napas.
James juga terlahir hanya dengan satu ginjal. Bedanya, James tak mengalami penurunan jumlah darah sehingga kondisi James tak separah kakaknya dan ia tak perlu segera dicarikan donor sel punca. Risiko penyakit semacam ini memang kerap menghantui anak-anak yang terlahir dari ayah dan ibu dari dua ras yang berbeda. Emma dan James sendiri mengalami hal ini karena mereka memiliki separuh darah Iran.
Namun Emma tak kunjung mendapatkan donor sel punca yang menjadi satu-satunya harapan baginya agar bisa terus hidup. Waktu Emma hanya sampai bulan Oktober tahun ini agar bisa menemukan donor yang sesuai dengan karakteristik selnya. James lebih beruntung karena telah menemukan donor yang cocok dari daftar donor sel punca UK.
Bila donor itu tak kunjung didapatkan, tim dokter mengatakan Emma 'terpaksa' hanya bisa memperoleh transplantasi sel punca dari ayah atau ibunya, kendati tingkat kecocokan sel punca mereka hanya 50 persen.
Keluarga pun hanya bisa berharap donor ini segera diketemukan dan Emma bisa tumbuh normal layaknya anak seusianya.
(lil/up)