Antar anak sekolah (Foto: Google) HARI Pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei tentu memiliki arti khusus bagi dunia pendidikan. Tidak dipungkiri bahwa setiap tahun dunia pendidikan semakin berkembang dan tingkat kompetisinya juga semakin meningkat.
Dalam keseharian, banyak Moms yang menghadapi beragam masalah pendidikan si kecil, mulai dari sulitnya mencari sekolah yang tepat buat anak, mengajar anak menulis dan berhitung, bahkan problema anak yang mendadak mogok sekolah.
Bagaimana mengatasi hal ini? Simak ulasan dari Dr. Tjut Rifameutia Umar Ali, MA, Psikolog di bawah ini:
Pilah-pilih sekolah
Masalah kejahatan seksual yang baru-baru ini terjadi di salah satu sekolah Internasional Jakarta mengejutkan banyak pihak. Alhasil, banyak orangtua yang berkomentar kalau sekolah mahal atau sekolah bertaraf internasional tak menjamin keamanan anak.
Sekolah yang baik memang tak hanya berpatokan pada kurikulum yang diajarkan, tenaga pengajar yang kompeten, fasilitas yang baik dan sebagainya.
Dalam menentukan pemilihan sekolah, orangtua bisa melakukan langkah-langkah:
1.Tentukan Lokasi Sekolah
Dalam menentukan lokasi sekolah, baiknya orangtua mengetahui berapa waktu yang akan ditempuh anak dari rumah ke sekolah. Usahakan waktu tempuh tidak lebih dari setengah jam, sehingga anak tidak mengantuk karena harus bangun lebih pagi yang nantinya akan mengakibatkan anak merasa tidak nyaman.
2.Akreditasi
Orangtua harus mengetahui status dan izin sekolah, karena akreditasi sekolah merupakan gambaran mengenai kualitas sekolah tersebut.
3. Datangi sekolahnya!
Sebaiknya orangtua mengetahui atmosfir sekolah yang diminati. Tak sekadar mendapatkan informasi sekolah berdasarkan brosur saja,tetapi juga mengunjungi sekolah tersebut. Dengan orangtua melakukan kunjungan maka bisa mengamati apa saja yang terjadi di dalamnya. Misanya apakah ruang kelasnya nyaman atau tidak, satu ruangan atau kelas diisi oleh berapa siswa, adakah lapangan atau lahan untuk anak-anak bermain dan berolahraga, bagaimana cara tutur kata guru-gurunya atau bagaimana cara berpakaian gurunya.
4. Peraturan.
Orangtua harus mengetahui aturan apa saja yang diterapkan di sekolah tersebut, misanya adakah konsekuensinya baik positif dan negatifnya, bagaimana dengan peraturan membuang sampah, bersih atau tidak keadaan kelasnya.
5. Evaluasi
Bagaimana sistem evaluasi dan penilaiannya, bagaimana guru meningkatkan motivasi anak untuk belajar, ada program apa saja di sekolah tersebut, ekstrakurikulernya apa saja, cukup tidak kegiatan ekstrakurikulernya yang bisa mendukung perkembangan anak dari aspek lain.
6. Kompetisi
Cari tahu, apakah sekolah tersebut kerap mengikuti kompetisi atau ajang lomba. Jika sering mengikuti kompetisi, orangtua bisa melihat bahwa anaknya diajarkan untuk berkompetisi, sehingga kita juga bisa lihat semangat sportivitas anak dari kompetisi tersebut.
Dalam menentukan sekolah untuk anak, orangtua tidak hanya melihat atau menyesuaikan dengan karakter si buah hati, tetapi juga harus melihat apakah anak itu bisa berkembang lebih optimal atau tidak ketika berada di sekolah yang sudah dipilihnya. Orangtua juga harus melihat apa yang menjadi minat anak, agar bisa mewadahi minat si kecil, karena jika tidak ada wadahnya, maka potensi yang dimiliki anak tidak akan berkembang.
Mogok sekolah
Mogok sekolah biasanya diartikan anak yang sudah ke sekolah lalu tiba-tiba tidak ingin berangkat ke sekolah, bukan yang tejadi sejak awal masuk sekolah.
Ada berbagai faktor yang menjadi penyebab anak melakukan aksi mogok sekolah, bisa dari faktor di sekolah maupun di rumah yang berhubungan dengan terganggunya rasa nyaman yang dimiliki anak.
Umumnya anak yang mogok ke sekolah itu menghindari suasana yang tidak nyaman, biasanya ketidaknyamanan diperoleh dari sikap maupun ucapan atau teguran dari orangtua, guru atau teman-temannya yang menurutnya tidak baik atau menyakiti anak.
Ketidaknyamanan juga timbul karena adanya kegiatan yang biasanya dapat dilakukan anak di rumah, kini semenjak sekolah kegiatan yang menurutnya menyenangkan itu menjadi berkurang untuk dilakukan. Ditambah lagi dengan rutinitas yang biasanya tidak dialaminya dan itu tidak menyenangkan baginya, seperti harus bangun tidur pagi-pagi atau harus segera berangkat ke sekolah dengan tergesa-gesa.
Selain itu, anak juga merasa tidak nyaman karena ada sesuatu yang tidak sportif, misalnya saja ketika anak tidak ada di rumah maka orangtua sering bertengkar, tapi ketika anak di rumah maka orangtua akan biasa saja. Hal itu akan membuat anak batal ke sekolah agar orangtuanya tidak bertengkar lagi. Apalagi anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sehingga terkadang anak juga ingin mengetahui apakah yang menjadi pertengkaran orangtua berhubungan dengannya atau tidak.
Untuk mengatasi berhentinya mogok sekolah dilakukan dengan cara mengembalikan atau membuat rasa nyaman untuk anak, baik ketika akan pergi ke sekolah maupun berada di sekolah.
Rasa nyaman dari rumah bisa dibuat dengan tidur lebih cepat dari biasanya, sudah dipersiapkan apa saja yang besok akan dibawa atau dipakaikan ke anak sehingga anak tidak harus bangun lebih pagi dan berangkat ke sekolah tergesa-gesa.
Orangtua sebaiknya melakukan kegiatan yang menyenangkan dengan anak yang berhubungan dengan kegiatan di sekolah, misalnya sebelum tidur malam, moms bisa mengajak anak menyanyikan lagu yang biasa dinyanyikan di sekolah dengan suasana yang menyenangkan.
Ketika di sekolah, jika guru akan menegur siswanya, maka guru sebaiknya menegur dengan cara halus dan memberikan penilaian yang objektif. Misalnya jika anak mendapatkan nilai yang rendah, guru tidak menegurnya atau mengumumkan nilai yang diperoleh anak tersebut.
Jika memang guru menemukan bahwa nilai yang diperoleh anak kurang dari standar kompetisi, maka sebaiknya guru mencari cara bagaimana supaya anak itu mengerti dan bisa mengejar nilainya.
Untuk membangun kembali rasa nyaman sehingga anak mau kembali bersekolah, tentu ada kerjasama antara orangtua dengan guru di sekolah.
Wajibkah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)?
Melihat anak balita dari rekan sejawat atau saudara, kita sering bertanya, "Kamu sudah sekolah belum?" Tanpa kita sadari, sekolah menjadi suatu kewajiban bahkan kebanggaan para orangtua. Tidak sedikit yang berlomba-lomba menyekolahkan balitanya mengikuti PAUD atau preschool.
Memang pendidikan anak usia dini itu perlu, namun sebenarnya tak harus di lembaga sekolah formal. Terkadang dapat dilihat dari kondisi orangtua, apakah orangtua tersebut selalu ada di rumah atau tidak. Jika moms memiliki waktu, maka Anda bisa mengajarkan anak dengan cara bernyanyi dan tidak harus dengan pendidikann formal, karena hal itu belumlah wajib.
Perlunya pendidikan usia dini bukan berarti memasukkan anak ke sekolah formal di usia yang terlalu dini, apalagi jika sekolah tersebut dikhususkan untuk belajar membaca, menulis dan berhitung atau calistung. Carilah pendidikan usia dini dengan cara bermain sambil belajar, bernyanyi dan bermain di lingkungan rumah. Tentunya ini juga diihat dari kemampuan orangtua dalam menyediakan waktu untuk menstimulasi anak.
Jadi, sebaiknya orangtua melihat kesanggupan diri terebih dulu, jika orangtua memiiki kesanggupan maka lakukanlah sendiri, karena pendidikan itu juga nanti dibutuhkan saat anak masuk sekolah dasar.
Jangan sampai dengan ketiadaan pendidikan usia dini justru membuat anak merasa tidak nyaman saat mengikuti pendidikan berikutnya. Bila memang orangtua tidak memiliki waktu untuk mengajarkan atau menstimulasi anaknya karena sibuk bekerja, sah-sah saja orangtua mencarikan pendidikan formal untuk anak, namun dengan catatan pendidikan formal dini tersebut dilakukan dengan cara bermain sambi belajar dan sebaiknya dipilihkan pendidikan formal yang bisa mendidik atau membangun nilai-nilai yang baik.
Pendidikan usia dini boleh saja mengenalkan angka dan huruf, tetapi bukan membaca rangkaian huruf dan mengoperasikan penghitungan angka-angka. Sebaiknya pendidikan usia dini itu mengajak anak untuk mengetahui mana bagian kanan, kiri, depan, belakang dan sebagainya.
Lalu anak juga bisa diajarkan mengelompokkan barang-barang, misalnya dasi dengan dasi, kaus dengan kaus, potongan lidi yang sudah dibagi dua dengan jumah yang berbeda kemudian anak menentukan mana yang lebih besar dan mana yang lebih kecil. Dengan begitu, orangtua bisa melihat kesiapan potensi anak untuk beajar, bukan kemampuan belajarnya. Ingat, masanya anak-anak adalah bermain bukan belajar. Masa belajar akan dimulai ketika anak memasuki sekolah dasar.
(tty)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda. This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.