Jakarta, Anak yang terlahir dengan kondisi penyakit jantung bawaan (PJB) atau yang dikenal dengan bocor jantung dikhawatirkan akan memiliki masalah terkait kualitas hidupnya pada saat dewasa. Hal ini pun memicu kekhawatiran para orang tua.
Menurut dr Eka Guna Wijaya, SpA, dokter spesialis anak di RS Prima Medika Bali, masalah kualitas hidup pada anak PJB mesti dilihat pada bagaimana jenis PJB yang dialaminya. Dokter yang akrab disapa dengan dr Eka ini menjelaskan bahwa umumnya anak yang mengidap PJB ringan, tidak akan mengalami hambatan dalam aktivitas hariannya sehingga tidak akan mempengaruhi kualitas hidupnya secara signifikan.
"Bila masalah PJB yang dialami anak adalah PJB ringan, misalnya kebocoran jantung berukuran kecil, umumnya anak tidak akan mengalami hambatan dalam aktivitas harian yang ringan, namun mungkin memang akan memiliki ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas yang berat saja," tutur dr Eka saat dihubungi detikHealth, dan ditulis pada Selasa (6/5/2014).
Lebih lanjut, dr Eka menjelaskan bahwa jenis PJB yang ringan dan berukuran kecil ini umumnya tidak akan menampakan perbedaan kualitas fisik pada saat bayi atau pun kanak-kanan, sehingga anak dengan PJB ringan akan tetap terlihat 'normal' layaknya anak yang tidak mengidap PJB. "Namun saat anak sudah menginjak masa remaja dan dewasa, biasanya mereka memang akan mulai merasakan gangguan pada kemampuan aktivitas mereka, sehingga mereka memang akan membatasi kemampuan pengembangan diri saat remaja, serta membatasi kemampuan bekerja di saat dewasa," terang dr Eka.
Sedangkan untuk jenis PJB yang berat, dr Eka mengakui bahwa pada kebanyakan kasus, jenis PJB berat yang mempunyai kebocoran ukuran sedang, umumnya sudah banyak yang mengalami gagal jantung sejak kanak-kanak, sehingga harus dikatakan bahwa secara medis akan kecil kemungkinan mereka dapat bertahan hidup hingga mencapai usia dewasa. "Bahkan untuk PJB yang dengan kebocoran besar, mereka malah umumnya mengalami gagal jantung saat masih bayi. Dan ini akan berakibat fatal apabila tidak segera dilakukan koreksi jantung," imbuhnya.
Pada beberapa kasus, PJB pada anak atau bayi memang harus berakhir dengan kematian. dr Eka mengakui bahwa kematian memang kerap terjadi pada anak yang mengidap PJB jenis biru. Pada jenis PJB biru, kelainan yang ditemui memang jauh lebih kompleks dibanding PJB tidak biru, seperti misalnya kelainan pada pembuluh darah bersih dan pembuluh darah kotor di jantung bertukar tempat, pembuluh darah bersih dan pembuluh darah kotor menyatu, salah satu katup ruang jantung tersumbat total, ruang jantung tanpa sekat serambi atau sekat bilik, atau pembuluh darah balik yang tidak mengalir ke ruang jantung dengan semestinya. Meski demikian, dr Eka juga menambahkan bahwa ada beberapa kasus PJB tidak biru yang juga dapat mengakibatkan kematian.
"Jenis PJB tidak biru yang dapat mengakibatkan kematian itu jika ukuran lubang bocornya sedang atau besar. PJB tidak biru yang lubang bocornya kecil tidak menyebabkan kematian, kecuali terjadi komplikasi infeksi jantung akibat gerusan aliran darah bocor yang menyebabkan erosi dinding dalam ruang jantung, sehingga bakteri gampang menempel di jantung," tandasnya.
(vit/vit)