Jakarta, Obat-obatan yang ada di Indonesia memang terdiri dari berbagai macam bentuk dan merk. Saking banyaknya, obat-obatan pun tak hanya dijual di apotek, namun juga di warung-warung yang ada di pinggir jalan.
Sebagian besar obat tersebut memang buatan Indonesia, alias dibuat oleh perusahaan farmasi yang ada di Indonesia. Namun sedihnya, hampir 90 persen bahan baku yang digunakan oleh perusahaan farmasi tersebut berasal dari luar negeri atau impor.
Lalu apakah Indonesia tidak bisa memproduksi sendiri bahan baku obat? Menanggapi hal itu, Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) Kendrariadi Suhanda angkat bicara. Dikatakannya bahwa salah satu alasan tinggin angka impor bahan baku obat adalah kecilnya persentase pangsa pasar Indonesia dibandingkan dengan pangsa pasar dunia.
"Pangsa pasar Indonesia itu hanya 0,4 persen dari pangsa pasar obat-obatan dunia. Sehingga jika produksi bahan baku sendiri dan hanya dijual di Indonesia, tidak akan efektif bagi perusahaan farmasi," tutur Kendrariadi pada konferensi pers Convention of Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhI SEA) 2014 di Hotel Crowne Plaza, Jalan Gatot Subroto, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (13/5/2014).
Tak hanya karena pangsa pasar yang kecil, persaingan ketat yang ada di industri farmasi membuat langkah Indonesia untuk memproduksi bahan baku sendiri tampaknya sulit diwujudkan. Menurut pria yang akrab disapa Kendra tersebut, beberapa tahun lalu sebenarnya sudah ada perusahan farmasi yang memproduksi sendiri salah satu bahan baku obat yakni paracetamol.
Namun langkah tersebut terhenti akibat tingginya permintaan harga bahan baku dari negara pengimpor yakni China (Tiongkok). Sebabnya, bahan baku yang dibuat perusahaan tersebut sudah dalam tahap intermediate alias setengah jadi.
"Beberapa tahun lalu sudah ada perusahaan yang membuat paracetamol sendiri. Namun tidak dari nol, melainkan dari tahap intermediate, bahannya impor dari China. Begitu melihat Indonesia sukses bikin paracetamol, bahan baku yang dari China-nya dinaikkan harganya sehingga perusahaan tersebut rugi dan akhirnya berhenti memproduksi bahan baku," urai Kendra yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia itu.
Keadaan yang seperti itu membuat Kendra akhirnya pasrah dan tetap mengimpor bahan baku obat. Namun ia tidak putus asa dan tetap yakin Indonesia akan mampu produksi bahan baku obat sendiri, tentunya dengan bantuan dari pemerintah.
"Harapannya ya agar pemerintah bisa membuat konsorsium atau menggabungkan beberapa perusahaan obat sehingga dapat bekerja sama memproduksi bahan baku obat sendiri," tutupnya.
(vit/vit)