Jakarta, Agar siswa tak jajan es sembarangan, SDN 01 Duren Tiga Pagi menyediakan dispenser di tiap kelas. Namun kebijakan ini mendatangkan ancaman lain, yakni perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah.
Bagian penampung tetesan air di bawah keran dispenser kerap terabaikan, padahal bisa menjadi tempat ideal bagi nyamuk untuk meletakkan telur. Bila tidak dikuras, telur-telur itu akan menetas, menjadi jentik dan dalam beberapa hari menjadi nyamuk dewasa penyebar virus demam berdarah dengue (DBD).
"Di sekolah, jentik nyamuk paling banyak ditemukan di dispenser," kata Ngatini, MPd, Kepala SDN 01 Duren Tiga Pagi, ditemui usai kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di sekolah, di Jl Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (02/4/2014).
Selain di dispenser, jentik nyamuk juga kerap ditemukan di genangan-genangan air lainnya. Termasuk di kamar mandi, got, dan tempat sampah. Karenanya, Ngatini mengupayakan agar tidak ada air yang 'menginap' di sekolah.
"Kalau sore, ember penampung air di kamar mandi harus tengkurap. Sampah-sampah, gelas aqua juga dimasukkan ke bank sampah agar tidak jadi sarang nyamuk," lanjut Ngatini.
Tiap hari jumat, Ngatini juga menggalakkan program Jumat bersih di sekolahnya. Salah satunya adalah pemeriksaan dan pendataan jentik dan sarang nyamuk. Bukan guru atau karyawan yang melaksanakan, melainkan para Jumantik (Juru Pemantau Jentik) cilik yang diambil dari korps dokter cilik.
Data dinas kesehatan DKI Jakarta menunjukkan, anak sekolah usia 7-12 tahun merupakan kelompok paling berisiko tertular demam berdarah. Pada kelompok ini, ditemukan sebanyak 229 kasus tiap 100.000 anak. Kelompok rentan berikutnya adalah usia 7 tahun ke bawah, yakni sebanyak 178 kasus tiap 100.000 anak.
(up/vta)