Perth, Menaikkan cukai rokok dan membuat undang-undang tentang penjualan rokok yang harus polos dan tanpa merk sudah dilakukan Australia sebagai jalan untuk menurunkan jumlah perokok di negaranya. Hal tersebut tentu saja sulit dilakukan Indonesia yang bahkan sampai saat ini belum juga menandatangani Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC).
Akan tetapi penelitian yang dilakukan Edith Cowan University dari Australia mengatakan ada cara mudah untuk menurunkan frekuensi seseorang untuk merokok. Caranya adalah dengan melarang toko dan warung untuk menampilkan rokok di etalase atau kaca depan toko mereka.
Peraturan ini sejatinya sudah diterapkan oleh negara bagian Western Australia sejak tahun 2010. Untuk itu, para peneliti dari Edith Cowan University melakukan penelitian kepada 402 perokok aktif dewasa selama dua bulan. Peneliti menanyakan alasan mereka masuk ke toko, dan apakah sudah ada keinginan untuk membeli rokok sebelumnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat pengurangan 30 persen pada perokok yang biasa membeli rokok secara spontan, yang berefek langsung pada terjadinya pengurangan penjualan rokok oleh tokok. Hal ini dikarenakan tidak adanya rokok yang ditampilkan di etalase atau meja depan, sehingga mengurangi minat orang untuk membeli rokok. Hasil penelitian ini diterbitkan oleh British Medical Journal bagian Tobacco Control akhir Desember tahun lalu.
Terry Slevin, Director of Education and Research di Cancer Council Western Australia mengatakan bahwa pengurangan penjualan rokok merupakan langkah awal menurunkan jumlah perokok. Tak hanya itu, pengurangan penjualan rokok berarti juga mengurangi risiko masalah kesehatan bagi masyarakat akibat rokok.
"Penurunan penjualan rokok penting karena semakin jarang mereka membeli rokok, semakin kecil pula risiko masalah kesehatan yang timbul akibat rokok," papar Slevin seperti dikutip ABC Australia dan ditulis pada Senin (7/4/2014).
Ke depannya, ia berharap pemerintah Australia dapat membuat peraturan yang menghilangkan papan nama merk dan daftar harga rokok di setiap toko. Dengan begitu, keinginan membeli akibat rangsangan visual pun akan semakin turun.
"Kita harus membuat rokok menjadi lebih sulit ditemukan dan lebih sulit lagi untuk terlihat. Dengan begitu, para perokok akan sulit untuk menemukan rokok dan akhirnya akan berhenti dengan sendirinya," pungkas Slevin.
(vit/vit)