Liputan6.com, Jakarta Anak dengan autisme memang menarik. Selain unik, beberapa di antaranya memiliki kemampuan di atas rata-rata walaupun kurang untuk nilai akademis.
Bahkan seperti disampaikan Spesialis Kesehatan Jiwa dari Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia (Akeswari), dr. Suzy Yusna Dewi, SpKJ (K) ada anak autis Indonesia yang IQ-nya 160. Namun terlepas dari itu, penanganan anak autisme di Indonesia masih terbatas dan cenderung terlambat.
"Terapi dan sekolah khusus banyak untuk orang mampu. Sedangkan untuk mereka yang kurang mampu, anak autis cenderung dianggap membebani. Harusnya orangtua peka. Mungkin karena anak 1 tahun belum merasa ada perbedaan. Makanya anak yang dibawa orangtua ke rumah sakit di atas 2 tahun," kata Suzy di sela-sela acara Hari Peduli Autisme Sedunia 2014 di Kantor Kementerian Kesehatan, Rabu (2/4/2014).
Untuk itu, Suzy menerangkan deteksi dini pada anak penyandang autisme seperti:
1. Hambatan bersosialisasi
Menurut Suzy, anak autis tidak mampu untuk berelasi dengan orang lain. Ia juga sering memperlakukan orang sebagai benda.
2. Hambatan Kualitatif dalam berkomunikasi
Suzy menjelaskan, hambatan ini mencakup:
- Mengartikan kata-kata secara konkrit dalam tata bahasa baku
- Sering terbalik antara 'saya' dan 'kamu'
- Tidak ada perubahan ritme dan intonasi dalam berbicara
- Tidak bisa main pura-pura
3. Perilaku terbatas
Anak yang melakukan hal yang sama berulang-ulang juga ciri-ciri autisme. Lebih lanjut, Suzy menjelaskan ada beberapa contoh misalnya:
- Mengayunkan badan ke depan-ke belakang dalam waktu lama, memutar-mutar roda mobil sambil bergumam tidak jelas, mengketuk-ketuk kertas ke kepalanya
- Keinginan untuk makan dengan tekstur dan rasa yang sama terus menerus
- Berpakaian sama, tidak mau menggunakan baju dengan bahan berbeda
- Melalui jalan yang sama, tidak mau jalan baru dan menolak masuk ke tempat yang asing
"Kenali deteksi dini. Setiap ada respon berbeda lebih baik ke dokter. Karena untuk pengendalian tertentu, ada kriteria khusus. Dan bila itu sudah menganggu, anak perlu minum obat untuk mengontrol emosinya," tambah Suzy.
(Abd)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.