Jakarta, Serangan jantung juga bisa terjadi pada wanita. Sayangnya, penanganan pada wanita dengan serangan jantung seringkali terlambat hingga menyebabkan tidak maksimalnya pengobatan. Mengapa?
Menurut studi yang dilakukan peneliti di McGill University di Montreal, serangan jantung sering salah didiagnosis dengan gangguan kecemasan yang sering dialami wanita, demikian dikutip dari Medindia, Selasa (18/3/2014).
Untuk studinya ini, peneliti mengkaji perbedaan jenis kelamin terkait angka kematian pada wanita dan pria yang diakibatkan serangan jantung koroner akut. Mereka meminta 1.123 pasien usia 18-55 untuk mengisi survei setelah dirawat di 24 RS di Kanada, satu RS di AS, dan satu RS di Swiss.
Responden wanita dalam studi ini umumnya berpendapatan rendah dan lebih mungkin terkena diabetes, hipertensi, dan riwayat keluarga dengan penyakit jantung. Mereka juga memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi ketimbang pria.
Peneliti mencatat rata-rata pasien mendapat akses cepat electrocardiograms (EKG) untuk memeriksa irama jantung dan fibrinolisis untuk mencegah pembekuan darah pada wanita. Untuk pasien wanita rata-rata butuh waktu 15 menit dan 28 menit.
Sedangkan pada pria dibutuhkan waktu 21 menit dan 36 menit. Para peneliti berasumsi tingginya kecemasan pada wanita adalah penyebab utama adanya perbedaan itu. Dikatakan pula, pengobatan dini untuk serangan jantung juga diberikan untuk mencegah kerusakan pada otot jantung.
"Pasien dengan rasa cemas yang datang ke UGD dengan nyeri dada yang bukan tanda penyakit jantung kebanyakan adalah perempuan dan prevalensi sindrom jantung koroner akut lebih rendah di kalangan wanita muda ketimbang pria muda," papar pemimpin studi, Louise Pilote.
Ia menambahkan, temuan ini bisa mendukung adanya deteksi dini bagi penyakit jantung jika ada wanita yang kerap merasa cemas dan nyeri di dada. Penelitian ini sudah dipublikasikan dalam Canadian Medical Association Journal.
(rdn/up)