Liputan6.com, Jakarta Komunitas penggemar fitness gaya bebas se Asia Tenggara atau yang kerap disebut SEA Crossfit (South East Asia Crossfit), kali ini berkumpul bersama demi menggalang dana untuk membantu orang-orang miskin dan membutuhkan, utamanya mereka yang terkena bencana alam sekitar bulan Desember hingga Februari yang lalu.
Program yang disebut CrossFit South East Asia Reps for Relief Charity Workout (R4R) ini akan menyumbangkan dana hasil upaya para penggiat olahraga kebugaran untuk dua yayasan, yakni Rachel House Foundation dan Yayasan Alang-alang. Kedua yayasan ini bergerak di bidang layanan kasih bagi anak-anak yang sakit parah seperti kanker dan HIV (Yayasan Rumah Rachel) dan pendidikan anak-anak dari keluarga miskin (Yayasan Alang-alang).
Salah satu penggiat olahraga ini yang juga Pendiri dan CEO Red Pulse Sports Group Singapura, Sean Tan menyebutkan, " Selain charity dan membangun tim lewat fitness, CrossFit ingin meningkatkan kesadaran dan pemahaman mengenai latihan fisik yang bisa memperkuat, meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh," ujarnya, Sabtu (22/3/2014).
Yang menarik dari kegiatan penggalangan dana ini, para atlet bisa menyumbangkan uang secara pribadi atau kelompok atau bisa juga sponsorhip perusahaan. Secara pribadi Anda bisa menyumbangkan uang 10.000 rupiah setiap kali melakukan push up sampai sebanyak yang Anda bisa.
Sekitar 100 atlet peserta acara ini hadir di Hotel Sultan Senayan, Jakarta dan bakal dikunjungi sekitar 300-400 pengunjung yang berminat dengan kegiatan ini.
CrossFit merupakan kelompok penggiat olahraga semacam fitnes tapi tidak menggunakan gym sebagai tempat berolahraga, melainkan tempat mana saja dan di mana saja. Bukan membesarkan badan atau membentuk otot yang dituju para penggiatnya, melainkan kekuatan, kelenturan dan daya tahan tubuh.
Karena itu para penggiat CrossFit melatih diri dengan melakukan latihan seperti aktivitas sehari-hari yang bisa kita lakukan antara lain mendorong, melompat, berjalan, berjongkok, dan masih banyak lagi gerakan sederhana yang bisa dikerjakan.
Menurut Sean Tan, di Asia Tenggara, kegiatan ini banyak digemari oleh anak muda usia 21 hingga 50 tahun.
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.