Pages

Sabtu, 08 Februari 2014

Liputan6 - RSS 0.92
Liputan6.com merupakan situs berita aktual, tajam, terpercaya yang dimiliki SCTV 
Teach your child to read.

Save 20% now with Hooked on Phonics! Enter 'SAVE20' at checkout.
From our sponsors
Jago Baca Tulisan Tangan, Psikolog Nunki Suwardi Dianggap Dukun
Feb 7th 2014, 18:25

Profil Psikolog

Posted: 07/02/2014 21:30

Jago Baca Tulisan Tangan, Psikolog Nunki Suwardi Dianggap Dukun

Nunki Suwardi (Foto: Nunki Suwardi)

Liputan6.com, Jakarta : Grafologi atau membaca tulisan tangan awalnya digauli Psikolog Nunki Suwardi secara tidak sengaja. Sewaktu SMP, Ia sering dipercayai gurunya untuk menulis di papan tulis. Namun karena kebiasaan menulisnya cepat, seringkali teman-teman sekolahnya sering kewalahan dan terlambat menulis.

Untuk itu, tiap kali menulis di papan tulis, Nunki akan keliling kelas untuk mengecek tulisan teman-temannya. Yang menarik, Ia melihat tulisan teman-temannya memiliki ciri khas dan akan berbeda kala senang dan sedih.

"Kalau anak yang bandel rata-rata tulisannya besar dan susah dibaca. Sementara yang pintar, tulisannya kecil dan rapi. Dan ketika mereka sedang senang dan sedih, tulisannya pun berbeda. Jadi sering nebak ke teman-teman, 'Kamu sedang bahagia ya? atau kamu sedang sedih ya?'. Dan menariknya perkataannya saya selalu benar. Sejak itu, saya dibilang sebagai peramal," kata wanita kelahiran Jawa Timur, 29 mei 1973 ini.

Menjadi populer di sekolah ternyata bukan hanya sewaktu SMP, Nungki yang ketika itu menjadi siswi SMA 1 Makassar pun mendadak terkenal karena sering diminta teman-temannya untuk menjadi 'Mak Comblang' dengan cara melihat kepribadian temannya melalui tulisan.

"Hingga akhirnya kuliah semester pertama, saya baru mengetahui kalau tulisan dan kepribadian seseorang itu memiliki kaitan yang kuat dan disebut ilmu grafologi. Waktu ada dosen baru pulang dari Amerika, dan dia punya bukunya. Saat itu juga saya langsung cari bukunya," cerita ibu yang memiliki tiga putri ini.

Nunki juga menceritakan, bahwa sejak saat itu ia terus mempelajari ilmu grafologi. Tapi ternyata ia bertemu jodohnya, dan memiliki anak sehingga kuliahnya terbengkalai di Universitas 17 Agustus Surabaya.

"Tapi saya tidak menyerah. Saya merasa buat apa ilmu ini ditinggalin. Walaupun pernah merasa lelah dan jalan di tempat, karena salah seorang dosen saya pernah mengatakan 'Kalau kamu mau jadi dukun jangan di sini'. tapi saya akhirnya melanjutkan kuliah di YAI (Yayasan Administrasi Indonesia) Salemba dan ambil mata kuliah psikologi lagi seperti sebelumnya dan semakin mempelajari ilmu ini," tuturnya.

Berita Rekomendasi

This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions