Pianis cilik Joey Alexander Sila bermain piano diiringi Indra Dauna (terompet) di Serambi Jazz Goethe Haus, Jakarta, Kamis (29/8). Pianis muda asal Indonesia ini memenangkan Grand Prix 1st Improvisation skill dan mengalahkan 43 peserta final dari 15 negara yang diselenggarakan di Odessa, Ukrania pada 5-8 Juni 2013 silam. TEMPO/Nurdiansah
TEMPO.CO, Jakarta - Kemampuan bermain musik anak sering tidak disadari oleh orang tua. Banyak orang tua yang pesimis, "anak saya tidak memiliki bakat bermusik". Memang benar, bakat bermusik itu melekat, tapi tahukah Anda? bahwa kemampuan bermusik dapat diciptakan.
"Pianis terkenal Frederick Chopin memiliki orang tua yang tidak pandai membaca partitur dan bermain musik, tapi dia bisa mengembangkan bakatnya sendiri," kata Psikolog Keluarga dari Klinik Hipnosis Sehati, Dewi Puspaningtyas Faeni, ketika diwawancarai Sabtu 25 Januari 2014.
Karena itu, menggali kemampuan bermusik bukan hanya tergantung pada bakat anak, melainkan lingkungan yang mempengaruhinya. Orang tua, menurut Dewi sering lupa, saat menuntut anak untuk pandai memainkan satu instrumen musik, tanpa mempraktekkan contoh kegiatan bermusik.
"Humming saja mereka tidak pernah, bagaimana bisa mendorong anak untuk mau bermusik," kata Dewi. Tuntutan yang berlebih pada anak inilah yang justru malah menenggelamkan bakat anak dalam bermusik. Karena itu, menurut Dewi, agar anak senang dan tidak bosan ketika les musik.
Kunci lain agar anak Anda yakin terjun ke dunia musik, adalah memilih guru musik yang kreatif. Jangan sampai anak mendapatkan guru musik yang galak. Sebab guru yang galak, menurut Dewi, terkadang malah membuat anak tidak percaya diri.
"Saat masih kecil saya pernah dimarahi guru les piano saya, dia bilang kenapa saya tidak bisa – bisa membaca partitur, saya jadi tidak percaya diri, tapi akhirnya siapa sangka, tanpa membaca partitur saya malah bisa memainkan Fantasy Impromptu dari Chopin dengan baik," kata Psikolog yang juga piawai bermain piano ini.
CHETA NILAWATY