TEMPO.CO, Jakarta - Diberikannya izin pada polwan muslim untuk mengenakan jilbab disambut baik oleh seluruh jajarannya. Setelah Kepala Kepolisian RI Jendral Sutarman memberikan izin secara lisan, para polwan di seluruh Indonesia mulai mengenakan jilbab sejak akhir bulan November lalu.
Salah satu perancang busana muslim, Irna Mutiara, juga merupakan salah satu yang menyambut baik keputusan ini. Menurutnya, ini adalah langkah besar bagi para polwan muslimah melaksanakan kewajibannya.
"Menutup aurat kan memang salah satu kewajiban setiap muslim tanpa kecuali. Profesi apapun tidak bisa membuatnya menjadi sulit. Memakai jilbab itu kan perintah Allah, jadi memang sudah sepantasnya dilakukan," kata Irna lewat wawancara via telepon oleh Tempo, Selasa, 3 Desember 2013.
Irna juga mengatakan, pakaian bagi polwan muslim juga harus disesuaikan dengan kedinasan. Bagi Irna, baju lengan panjang, celana yang tidak longgar, dan jilbab untuk menutup kepala sudah cukup untuk para muslimah pemberi layanan pada masyarakat ini.
Namun, Senin lalu, Polri memutuskan menarik izin pemakaian jilbab oleh para polwan ini. Alasannya, karena jilbab yang dikenakan oleh para polwan tidak seragam.
"Memang kalau untuk instansi pemerintahan, harus ada peraturan agar semuanya seragam. Seperti dresscode gitu. Mungkin juga, harus bekerja sama dengan para perancang busana muslim agar jilbab lebih nyaman dan sesuai dengan aktivitas polwan yang sering bertugas di luar," kata Irna.
Ketika ditanya mengenai jilbab untuk polwan ini, Irna menyarankan agar lebih menggunakan model yang simple dan praktis. Untuk warna, Irna menyarankan agar jilbab polwan ini berwarna coklat atau putih. "Kalau putih sama dengan belt-nya, jadi kelihatan lebih modis," katanya.
RINDU P HESTYA
Berita Terkait:
SBY Pernah Diperingatkan Waspadai Yusril
Ini Tingkah Jokowi Diteriakin, 'Nyapres Pak!'
Farhat: Menabrak, Dosa AQJ Tak Akan Habis
Survei: Tokoh Islam Tak Mampu Saingi Jokowi