TEMPO.CO, Jakarta - Lambang anarki, tulisan grafiti, dan gambar tengkorak menjadi ciri khasnya. Gaya berpakaian jalanan, tapi menembus posisi elite merek baju siap pakai dunia. Jeremy Scott, pria asal Kansas, Amerika Serikat, yang hampir berusia 40 tahun, tak pernah berfilosofi dalam berkarya. Ia cenderung spontan dan bebas. Bahkan, ketika sepatu merek Adidas rancangannya dianggap tak sensitif pada sejarah perbudakan AS, ia mengatakan hanya meniru sebuah mainan anak-anak.
Sepatu yang bermasalah itu bermodel ankle boots dengan rantai kaki berwarna kuning di atasnya. Ketika perbudakan masih ada di AS, kaki para budak dipasangi rantai untuk mencegah mereka kabur. Adidas telah menarik penjualan sepatu itu. Secara fungsi, tak ada rantai kuning pun, sepatu masih bisa dipakai. Tapi Scott merasa perlu memakainya. Ia memang cenderung narsisistik. Semua karyanya seperti berteriak menceritakan dirinya.
Masuklah ke situs www.jeremyscott.com. Tanpa perlu klik sana-sini, kita langsung melihat seperti apa desainer asal Amerika Serikat itu. Too weird to live, too rare to die—kutipan dari buku Hunter S. Thompson, Fear and Loathing in Las Vegas—menjadi semboyannya. Karya Scott bukan hanya melenceng dari pakem, tapi juga keluar dari "kotak", mengutip istilah sekarang. Lihat saja pada situs itu, baju perempuan bisa untuk laki-laki, begitu pula sebaliknya.
Alasan ini pulalah yang menarik dirinya masuk ke merek busana trendi dari Italia, Moschino, sejak awal November 2013. Scott terpilih menjadi direktur kreatif untuk merek yang telah berdiri sejak 1983 itu. Pendirinya, Franco Moschino, telah meninggal hampir dua dekade lalu. Soal desain, mereka punya DNA yang sama. Tapi Moschino lebih konseptual. Parodinya terhadap jaket wol termasyhur rancangan Coco Chanel masih teringat di kepala penikmat fashion.
Moschino selalu bergerak dari sebuah fenomena. Ia membenci dunia mode yang terlalu eksklusif. Ia tak suka dengan struktur baju yang itu-itu saja. Orang-orang yang berpakaian sama demi mengikuti tren, ia pandang picik. Pemikirannya banyak tertuang pada tulisan di kaca-kaca etalase tokonya. Kalimat seperti "Ready to where? Stop the fashion system, A Good Copy is Better Than A Bad Original" tak sekadar gimmick, tapi memang tertuang dalam rancangannya.
Jadi tak mengherankan kalau ia menjiplak jaket Chanel tapi hanya untuk sisi sebelah kiri penggunanya. Lalu, sebelahnya lagi hanya berupa kain serupa kulit dan membentuk sebuah gaun selutut. Moschino juga menjadi pelopor busana yang ramah lingkungan. Barang-barang bekas, seperti plastik, prangko, dan kertas bekas, ia pakai sebagai material pakaian. Intinya, ia tak mau menjadi budak konsumen yang konsumtif.
Setelah kematian Moschino, baru satu direktur kreatif yang menggantikannya, Rossella Jardini. Dari tangan perempuan ini, merek Moschino semakin terlihat muda dan bergairah. Pelanggannya, Nicki Minaj, Kanye West, dan Katty Perry. Scott punya potensi lebih besar lagi. Desain sepatu Adidas-nya, dari yang bersayap hingga bermuka boneka beruang, masuk ke selera ikon pop masa kini.
"Rancangannya bakal lebih mewah, tapi dengan elemen humor, imajinatif, dan gaya cuek yang sama," katanya kepada LA Times. "Pesannya sama dengan gaya berbeda." Pekan mode Milan tahun depan bakal menjadi ajang pembuktian Scott.
SORTA TOBING
Topik Terhangat
Penyadapan Australia | Vonis Baru Angelina | Adiguna Sutowo | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi |
Berita Terpopuler
Ini Pentingnya Berbagi Rahasia
Survei: Penggunaan Antibiotik Karena Mitos
Gen Telomere Pria Pengangguran Lebih Pendek
Aming Dapat Lungsuran Baju Cewek Dari Dewi Sandra
Mami Yulie: Kami Butuh Pengakuan
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.