Jakarta, Ketika ditanya apa saja gejala stroke, hampir setiap orang sepakat jika kelumpuhan di salah satu sisi wajah, cara bicara yang tak beraturan dan mati rasa adalah gejala stroke yang paling umum. Namun ternyata tak semua orang yang kena stroke mengalami gejala serupa.
Sekitar seperlima kasus memperlihatkan gejala seperti pening, mual dan ketidakseimbangan. Bahayanya kondisi ini dapat keliru didiagnosis dengan infeksi telinga dalam, mengganggu proses pemulihan dan membuat pasien makin rentan pada stroke yang mematikan.
Inilah yang terjadi pada John Rawlings-Anderson. Ia baru menemukan kejanggalan ketika tengah berolahraga di gym. "Saya tak bisa berhenti muntah dan berjalan dengan benar karena kedua kaki saya terasa lemas dan kepala saya berputar-putar," tuturnya.
Lalu salah seorang staf di gym mengontak istrinya, Karen. Karen yang seorang mantan perawat itu pun langsung membawanya pulang dan menelpon dokter. Ketika Karen menjelaskan gejalanya, dokter mengatakan itu adalah infeksi telinga dalam dan ia pun meresepkan tablet anti-sickness.
Setelah beberapa hari John pun pulih dan kedua pasangan ini pun melupakan apa yang pernah terjadi pada mereka. Namun dua minggu kemudian, ketika mereka berlibur ke Venezuela, gejala serupa terjadi lagi pada John.
Pria yang tinggal di Crouch Hill, London Utara UK ini tak dapat berjalan lurus, merasakan pening, mual dan tak bisa makan. Keesokan pagi, keduanya kaki pria berusia 55 tahun itu kembali terasa berat dan bicaranya tak beraturan sehingga ia harus dibawa ke rumah sakit.
Kondisinya pun memburuk, tapi lagi-lagi dokter keliru menduga jika John terkena infeksi akibat memakan daging babi yang belum masak.Next
(
up/vit)
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.