ILMUWAN otodidak menemukan bahwa fermentasi madu bisa untuk mengobati beragam kanker dan penyakit lain.
Berawal dari keprihatinan mahalnya biaya berobat di Tanah Air, seorang ilmuan otodidak asal Madiun, Jawa Timur berhasil menemukan obat beragam kanker dan penyakit lainya dari fermentasi madu asli Indonesia. Temuan tersebut telah lolos uji di fakultas farmakologi Universitas Gajah Mada dan lembaga penelitian dan pengujian terpadu di universitas tersebut. Sayang, karena terkendala permodalan, temuan yang bermanfaat dan murah untuk dunia kesehatan masyarakat Indonesia tersebut gaungnya kalah dengan obat kimia produksi perusahaan farmasi.
Di laboratorium sederhana, Cahyo Julianto, warga desa jiwan kecamatan Jiwan, Madiun melakukan penelitian tentang fermentasi madu asli Indonesia. Penelitian tersebut dilakukan pria berusia 42 tahun itu.
Berawal dari keprihatinan akan mahalnya biaya berobat bagi masyarakat yang menderita penyakit tertentu, harga obat kimia produksi perusahaan farmasi sering kali tak mampu di beli masyarakat Indonesia membuatnya rela keluar dari sebuah perusahaan besar di Malaysia dan Swiss untuk kembali ke Indonesia.
Madu asli dari hutan Indonesia menjadi pilihan obyek penelitian bapak dua anak tersebut. Seluruh bagian madu, mulai royal jelly dan propolisnya di olah dengan fermentasi dan pemadatan berbeda. Setelah di campur dengan bahan alami lainya, madu yang telah di fermentasi tersebut di aduk dan di tempatkan di ruang tertutup dengan suhu tertentu.
Hasilnya luar biasa. Madu fermentasi tersebut bisa digunakan untuk obat penyakit beragam kanker seperti kanker payudara, diabetus militus, demam berdarah dan lain sebagainya. Semua menggunakan dosis dan ukuran terntentu. Temuan tersebut telah lulus iji di laboratorium farmakologi universitas Gajah Mada Yogyakarta dan lembaga penelitian dan pengujian terpadu di universitas tersebut.
Sayang, karena terkendala permodalan, gaung dari keberhasilan Cahyo Yulianto belum mampu mengalahkan obat kimia produksi perusahaan farmasi. Kondisi tersebut diperparah dengan tidak adanya perhatian pemerintah terhadap hasil temuan pria yang menolak menyebutkan latar belakang pendidikanya itu.
Padahal, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Cahyo Yulianto berniat pulang ke Tanah Air hanya untuk memajukan bangsa Indonesia dengan kemampuan yang dimilikinya. (Arif Wahyu Efendi/Sindo TV)
(ind)