TEMPO.CO , Jakarta: Budayawan Betawi JJ Rizal mengatakan perayaan Idul Fitri ala masyarakat
Betawi itu kental dengan campuran budaya sebelum agama Islam masuk ke Indonesia. Orang Betawi lebih memilih menggunakan kata "Lebaran" dibandingkan "Idul Fitri" untuk menyebut perayaan 1 Syawal ini.
"Istilahnya memang pakai kata 'Lebaran', tapi maknanya sama saja yaitu kembali ke asal. Jadi kita memahami bagaimana kita sesungguhnya lahir dan muncul," kata Rizal kepada Tempo, Ahad 27 Juli 2014. (Lihat: Kemeriahan Perayaan Lebaran Betawi)
Ketika lahir, ujar Rizal, manusia jadi mengetahui bentuk kewajaran yang diperlihatkan dari ekspresi budaya. Ia mencontohkan dari makanan lebaran. Bakal banyak unsur pra-Islam akan ditemukan di makanan yang disajikan ketika lebaran. Misalnya ketupat, tradisi potong kerbau yang mengikuti kaum agraris umat Hindu, lalu ada pula kue keranjang ala masyarakat Tionghoa, bahkan kebudayaan Kristen seperti penyediaan kue nastar, semprit, castangel, dan sirup yang disajikan. "Justru perayaan Lebaran Betawi itu diekspresikan bukan makanan dari dunia Islam, tetapi dari kebudayaan berbeda-beda," katanya.
Selain makanan, Rizal menjelaskan, tempat leluhur juga menjadi hal penting bagi warga Betawi ketika lebaran. Banyak warga yang mendatangi pemakaman sebelum, pertengahan, dan bahkan setelah Ramadan. "Jadi, leluhur tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan adatnya yang sangat plural," kata dia. (Baca: Lebaran, Hotel di Malang Tambah Kuliner Nusantara)
SUTJI DECILYA
Berita Lainnya:
Situs Berita Palsu, Ini Cara Stop Penyebarannya
Makin Percaya Daerah, Kabinet Makin Ramping
Hadapi Situs Berita Palsu, Lakukan Hal Ini
Kisah Sukses Bisnis Hijab tanpa Modal Besar
This entry passed through the Full-Text RSS service — if this is your content and you're reading it on someone else's site, please read the FAQ at fivefilters.org/content-only/faq.php#publishers.